Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Indeks Prestasi (IP) Tidak Penting!?

30 April 2012   00:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:57 2508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Akhir-akhir ini saya menangkap kesan di masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa bahwa Indeks Prestasi (IP) itu tidak penting. Kalau diketik keyword "IP Tidak Penting" di mesin pencari internet, cukup banyak juga situs atau blog yang mengisyaratkan hal ini. Saya pikir pendapat ini patut disayangkan.

Saya sendiri menyelesaikan kuliah S1 dengan nilai IP 2,5, nilai yang cukup rendah, dan saya agak menyesalinya sekarang. Sewaktu saya masih kuliah dahulu, tidak ada yang mengingatkan saya mengenai hal ini. Idealisme yang agak baku, pemikiran bahwa yang penting ilmunya bukan IP-nya, serta pesimis dengan teman-teman yang memiliki IP tinggi namun berbuat curang, membuat saya tidak termotivasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Pemikiran tersebut tidak benar, dapat dianalogikan dengan pemikiran “lebih baik tidak berjilbab daripada berjilbab tapi tingkah lakunya tidak baik”, dimana kedua-duanya adalah salah.

Ya, jelas bahwa IP tidak menentukan atau tidak bisa dijadikan patokan untuk mengetahui kualitas kinerja seseorang, dan itu disadari benar oleh setiap perusahaan, tetapi bagaimanapun nilai IP tinggi itu cukup penting, paling tidak akan memudahkan.

Maksud saya begini, misalkan ada satu perusahaan bonafid yang mencari 10 orang karyawan baru, kemudian ada seribu orang yang melamar, tidak mungkin bagi berusahaan tersebut untuk memeriksa kualitas pelamar orang perorangan, kan?. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan “terpaksa” menyaring pelamar dengan nilai IP. Demikian jugalah bagi lembaga-lembaga yang menawarkan beasiswa. Dari sudut pandang ini, orang yang memiliki IP dibawah standar sudah kalah sebelum "perang".

Lain halnya kalau memang seseorang itu sudah berniat kuat untuk berwiraswasta, yang tidak berminat untuk jadi karyawan atau melanjutkan jenjang pendidikan, atau memang benar-benar tidak sanggup mencapai nilai tinggi setelah mengusahakannya.

Bagi adik-adik mahasiswa, saya sangat menyarankan untuk memahami dan mengetahui manfaat suatu pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar menghafal, dan jangan menghalalkan segala cara demi mendapatkan nilai IP tinggi, karena hal itu akan merusak karakter diri dan tidak menutup kemungkinan bisa juga merugikan orang lain. Targetkan untuk menyelesaikan studi dengan nilai minimal 3,0 Ok! ^.^

Salam Hangat Sahabat Kompasiana ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun