Cerita tentang cinta memang tiada habis-habisnya, bahkan Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu (Good Reads), mengatakan, "Karena Cinta Dan Untuk Cintalah Alam Semesta Diciptakan."
Tak terhitung banyaknya orang bahagia karena cinta dan tak sedikit yang jadi korban cinta. Cintapun dapat dibahas dari berbagai sisi, tulisan ini mengungkap rahasia cinta secara ilmiah.
Mungkin anda pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa ia mencintai dan merasa nyaman dengan seseorang karena ia merasakan ada chemistry dalam hubungan mereka. Perkataannya ternyata bukan istilah semata loh, tetapi telah dibuktikan oleh ahli biologi dan ahli psikologi bahwa ada zat kimia yang memiliki peranan penting dalam hubungan, komunikasi secara kimiawi antara mahluk hidup yang sejenis atau satu spesies, zat kimia itu adalah Feromon.
Feromon
Feromon yaitu zat kimia yang diproduksi dan disekresikan (dikeluarkan) oleh serangga dan hewan yang mempengaruhi tingkahlaku dan fisiologi spesies lain yang sejenis, seringkali berfungsi untuk memancing respon lawan jenis (Phero Library).
Pada tahun 1959 Biokimiawan Jerman, Peter Karlson dan Entomologis Swiss, Martin Lüscher, menemukan dan memberikan nama ini pada zat kimia yang berperan penting dalam komunikasi serangga (Beyond Discovery). Sedangkan pada manusia Feromon diteliti dan ditemukan pada tahun 1998 oleh tim peneliti yang dipimpin oleh ahli Psikologi Martha McClintock dari Amerika (New York Times).
Ada berbagai macam jenis feromon pada manusia, yang memiliki fungsi-fungsi biologis masing-masing. Feromon utama (primer) pada laki-laki yaitu androstenone, sedangkan copulin adalah feromon utama perempuan dan hanya ada pada perempuan.
So, apa hubungan Feromon dengan Cinta?
Manusia dan Feromon
Feromon diproduksi oleh tubuh secara alamiah, berfungsi untuk "berkomunikasi" dengan orang lain secara kimiawi. Tiap-tiap orang memiliki feromon yang unik , apabila seseorang melepaskan feromon, maka sensor khusus yang ada di hidung akan menciumnya dan tubuhnya akan bereaksi terhadap feromon tersebut.
Dalam konteks seksual dengan pengertian yang luas, tubuh akan melepaskan feromon (via keringat) secara otomatis apabila kita berhadapan dengan lawan jenis, masing-masing akan saling melepaskan feromon, melalui feromon tersebut tubuh akan saling berkomunikasi di luar kesadaran (unconscious mind), dikombinasikan dengan komunikasi visual dan oral, menghasilkan rasa atau penilaian terhadap lawan jenisnya. Apabila terjadi kecocokan maka lahirlah perasaan nyaman, suka dan akhirnya cinta. Apabila tidak terjadi kecocokan bukan berarti melahirkan perasaan benci.