Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Iman, Jawaban Untuk 4 Pertanyaan Alamiah Ini

17 Juli 2014   13:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:05 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini adalah pertanyaan yang alamiah, pertanyaan yang ada dan akan selalu ada menjelang hari kiamat.


  1. Untuk apa aku diciptakan?
  2. Mengapa aku diberi ujian?
  3. Mengapa aku diberi ujian yang tidak sanggup kupikul ini?
  4. Bagaimana cara untuk menghadapi ujian ini?


Agama Islam memberikan jawaban untuk empat pertanyaan tersebut dalam kerangka keimanan, yang kesemuanya telah diabadikan di dalam Al Qur'an.

1. Untuk apa aku diciptakan?

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

[-Adz-Zariat, 56-].

Setelah mengimani itu, konsekuensinya adalah menerima ujian. Ujian, cobaan atau masalah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri.

2. Mengapa aku diberi ujian?

"Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?"

"Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta."

[-Al Ankabut, 2-3-].

3. Bagaimana cara untuk menghadapi ujian ini?

"Dan mintalah pertolongan melalui sabar dan sholat."

[-Al Baqarah, 45-]

Ayat di atas adalah satu dari sekian banyak ayat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

4. Mengapa aku diberi ujian yang tidak sanggup kupikul ini?

Tingkat, level, atau maqam keimanan berbanding lurus dengan ujian. Semakin tinggi kadar keimanan seseorang semakin tinggi pula jenis ujian yang diterimanya.

Acapkali manusia mengeluh ketika berada di dalam tahap ujian kenaikan maqam ini, merasa tidak sanggup, dan tidak sedikit yang gagal melaluinya, padahal Allah telah mewanti-wanti bahwa Ia tidak akan memberikan ujian yang tidak akan sanggup dipikulnya.

"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya."

[-Al Baqarah, 256-]

Catatan:

Artikel ini sifatnya hanya sekedar menyampaikan dan atau mengingatkan kembali, terutama untuk diri saya sendiri yang telah mengetahui namun belum bisa mengamalkan sepenuhnya...

Penyampaian sengaja diringkas sedemikian rupa. Jika dijabarkan lagi.... wah... masing-masing pertanyaan bisa menjadi buku tersendiri ^_^

Wallahu a’lam bish-shawab…


[-Rahmad Agus Koto-]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun