Menteri Pertahanan memberi peringatan atau mengancam?Â
Pertanyaan ini bisa muncul sehubungan adanya pernyataan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang merasa sedih atas pemeriksaan sejumlah purnawirawan TNI terkait kasus dugaan makar.
Mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko dan mantan Kepala Staf Kostrad TNI AD Mayjen (Purn) Kivlan Zen telah dinyatakan sebagai tersangka.
Menurut Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, sebagai sesama purnawirawan, ia melihatnya tidak baik, kenapa bisa begitu, padahal mereka sudah puluhan tahun mengabdi kepada bangsa dan negara.
Ia pun menegaskan tidak berpihak pada kubu 01 atau 02. Pikirannya selalu positif demi kemajuan bangsa. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan dirinya akan bersikap tegas saat situasi nasional terganggu, seperti ada ancaman terhadap kedaulatan dan keutuhan negara, ideologi, serta keselamatan bangsa.
"Saya imbau, sebagai Menteri Pertahanan, jangan sampai terpaksa turun. Kalau turun, alat saya TNI, alat pertahanan negara. Jadi kalau saya turun, tidak ada lagi negosiasi. Saya selesaikan sebaik-baiknya," katanya seperti dikutip dari detik.com.
Pernyataan Ryamizard Ryacudu ini sebuah peringatan atau ancaman?
Bagi mereka yang setuju NKRI tetap utuh akan menilai pernyataannya itu wajar saja. Sudah seharusnya begitu, dan bagian dari tugas seorang menteri pertahanan.
Tapi tidak tertutup kemungkinan ada pernyataan dari politikus kubu 02 yang menilainya berlebihan dan sebuah ancaman yang seharusnya tak perlu dikatakan oleh seorang menteri pertahanan.
Ya, begitulah. Selalu saja ada dua sisi atau sudut pandang dari sebuah masalah yang ada. Tak perlu heran, apalagi takjub. Jauh hari sebelum hari H Pilpres 2019 pun sudah sering hal ini terjadi.
Kesimpulan sederhananya?Â