Kubu Prabowo semakin kacau menjelang 22 Mei, dan tak heran jika ada sebagian pihak yang prihatin, sedih, bahkan menitikkan air mata.
Apakah ada kemungkinan bukan hanya menitikkan air mata, tapi menangis guling-guling di ubin hingga melintasi jalan raya, kemudian nyemplung ke dalam got?Â
Saking prihatinnya melihat kubu Prabowo semakin kacau saja menjelang selesainya perhitungan suara yang dilakukan oleh KPU.
Kemungkinan itu ada, tapi disarankan sebaiknya jangan lebay atau berlebihan. Untungnya apa?
Pada artikel sebelumnya - Kubu Prabowo Semakin Kacau Menjelang 22 Mei - disebutkan Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono menyerukan agar mereka yang memilih Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 lalu menolak membayar pajak.Â
Berita terbaru mengatakan politikus kubu Prabowo itu mengutip ayat suci untuk membenarkan seruannya tadi.
Tak heran jika ada sebagian pihak yang semakin prihatin saja terhadap kubu Prabowo sambil bertanya, kok bisa ya menjabat wakil ketua umum sebuah partai politik?
Sebuah pertanyaan yang wajar, apalagi selama ini tidak menganggap politikus di negeri ini sosok yang wah atau seperti itu. Misalnya bersedia masuk penjara hanya gara-gara membela sosok seorang politikus, padahal belum tentu politikus itu peduli dengan nasibnya, bahkan bisa saja dianggap sebagai pengacau.
Bicara soal pengacau atau perusak, Arief Poyuono pun dinilai seperti itu oleh Desmond J Mahesa. Menurutnya posisi Arief Poyuono sebagai wakil ketua umum Partai Gerindra justru membahayakan koalisi Prabowo-Sandi karena pernyataannya yang berkesan "membakar" dan menebar permusuhan (detik.com).
Masih ada lagi pernyataan Desmond lainnya, yaitu memuji Prabowo yang tak pernah menginstruksikan sikap permusuhan, dan Partai Gerindra yang selalu berusaha mempertimbangkan persatuan serta kesinambungan bangsa.Â
Salahkah jika ada sebagian pihak yang teringat dengan pedagang "cangcimen (kacang, kuaci, permen)"?Â