Jadi gak usah cengeng, atau seperti "Anak Kecil yang Sok Cerdas", dan "playing victim" kalau laporannya tak berlanjut atau berhenti karena tak ada bukti yang kuat, hal ini berlaku bagi siapa pun yang membuat laporan.
Kembali soal sikap SBY yang dipertanyakan gara-gara cuitan Andi Arief terkait "Faksi Setan" tadi.
Memangnya siapa yang mempertanyakan sikap SBY itu?
Dia adalah Sekjen PSI Raja Juli Antoni. Menurutnya Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief sudah kehilangan narasi kampanye konstruktif dengan menyerang kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dengan sebutan "Faksi Setan" tadi.Â
"Pertanyaan saya, apakah kemudian Pak SBY setuju, apakah ini bagian dari strategi Demokrat untuk proses pemilu atau bahwa ini memang hanya oknum dan kalau memang tak setuju kira-kira sanksi apa yang harus dilakukan kepada Andi Arief, seharusnya begitu," katanya seperti dikutip dari detik.com (10/1/19).
Sikap SBY pun dipertanyakan, atau diharapkan bisa menyampaikan sikap resmi Partai Demokrat, apakah memang mendukung apa yang disampaikan Andi Arief tadi, karena kalau SBY mendiamkan ada kesan di publik SBY menyetujuinya.
Bagaimana perkiraan sikap SBY atas pernyataan Sekjen PSI tadi? Menanggapinya, atau akan ada pernyataan sikap SBY nantinya, atau diam saja?
Diperkirakan hanya 10% saja kemungkinan adanya pernyataan sikap SBY yang dipertanyakan PSI tadi, sedangkan 90% nya lagi SBY diam atau tidak menanggapinya.
Begitulah enaknya jadi partai kecil seperti PSI, karena kalau dilawan atau ditanggapi gak ada untungnya, tapi kalau didiamkan bisa "makan hati".
PSI yang menjadi bagian dari kubu Jokowi-Ma'ruf Amin ini kalau dalam permainan catur ibarat "Pion Racun".
Dimakan jadi susah, gak dimakan pun jadi susah.