Jokowi minta didemo? Ya, begitu katanya. Namun ada kelucuan di balik permintaannya tadi. Di sinilah humor Jokowi muncul dan terasa menyejukkan karena terlihat humorisnya, bukan makhluk yang sangar, galak atau menyeramkan seperti genderuwo.
Kalau disimak lebih jauh strategi dan taktik Jokowi - tentunya bersama tim pemenangan Pilpres 2019 - sederhana saja, tidak sulit dan rumit.Â
Boleh dibilang Jokowi hanya menggunakan kekuatan lawan politiknya yang ada selama ini menjadi bagian dari kekuatannya untuk menghantam balik.
Bisa disimak pada tulisan sebelumnya di sini - Inikah Strategi dan Taktik Jokowi di Balik Pernyataannya yang kontroversial? -Â
Jokowi pun kembali menggunakan kekuatan lawan politiknya ketika ia bicara dengan Tim Kampanye Daerah Sumatera Selatan kemarin. Terselip humor saat Jokowi mengatakan elektabilitasnya di sana baru 37%, dikatakannya pula ia blak-blakan bicara terkait masalah ini.
"Kita blak-blakan saja, survei terakhir di Sumsel, angkanya baru 37 persen," kata Jokowi seperti dikutip dari kompas.com (25/11/2018).
Cukup bodoh kalau menganalisis pernyataan Jokowi tadi pertanda ia akan kalah pada Pilpres 2019 nanti. Di sini Jokowi sedang memainkan taktik "playing victim" yang sering digunakan oleh lawan politiknya.Â
Diharapkan, dengan diumbarnya angka 37% tadi, Tim Kampanye Daerah Sumatera Selatan pun menjadi terenyuh, kemudian bersemangat untuk meningkatkan elektabilitas Jokowi di sana.Â
Kembali bahas Jokowi minta didemo tadi. Hal ini berkait dengan isu miring yang dilontarkan oleh lawan politiknya bahwa dirinya adalah antek asing.
Menurut Jokowi, diambil alihnya Blok Mahakam oleh pemerintah pada 2015 lalu, dan kini Blok Mahakam 100 persen dikelola oleh PT Pertamina setelah puluhan tahun dikelola Perancis dan Jepang adalah bukti dirinya bukanlah antek asing.
"Mestinya saya didemo dong di depan Istana. Demo besar-besaran gitu, tapi demo mendukung, karena saya berhasil membantah isu tersebut," ujarnya di sini.