Poster "Raja Jokowi" heboh belakangan ini. Siapa yang pasang? Menurut pihak PDIP orang lain dan merupakan modus black campaign gaya baru. PDIP tak pernah mengeluarkan gambar atribut kampanye tersebut.
Mulai lagi keluar taktik atau jurus "ngeles kayak bajaj"?
Taktik atau jurus "ngeles kayak bajaj" selama Pilpres 2019 ini cukup sering digunakan oleh politikus. Publik tentu masih ingat dengan kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Â Cukup banyak politikus yang dibohongi, termasuk yang katanya jenius dengan IQ 120. Ujung-ujungnya publik disuguhi taktik atau jurus "ngeles kayak bajaj", kompak mengatakan mereka hanya korban.
Pelaku pemasangan poster "Raja Jokowi" tadi memang hanya ada dua kemungkinan yang masuk akal, yaitu dipasang oleh pihak PDIP sendiri atau orang lain (bukan instruksi resmi dari PDIP).
Karena PDIP telah membantah, apalagi katanya sudah diketahui pihak mana yang melakukan pemasangan poster "Raja Jokowi" tadi, publik saat ini hanya bisa markitung perselan (mari kita tunggu perkembangan selanjutnya).
Tapi ternyata PDIP yang mengklaim telah mengetahui pihak yang mesti bertanggung jawab pun masih menunggu.
"Kami tunggu penanggung jawabnya datang ke DPD PDIP Jateng. Kalau dia datang, akan kami ajak diskusi kenapa dia pasang begini. Kami menunggu kekesatriannya. Dijamin tidak akan lecet," kata Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto seperti dikutip dari detik.com.
Tunggu ya tunggu, tapi tentu ada batas waktunya. Kalau kelamaan menunggu, kemudian berharap beritanya hilang dengan sendirinya atau ujung-ujungnya gazebo (gak zelas bo), wajarlah kalau publik menilai hanya taktik atau jurus "ngeles kayak bajaj" yang biasa digunakan oleh politikus.
Pihak PDIP sebaiknya dengan cepat mengklarifikasi masalah poster "Raja Jokowi" ini, menyodorkan pihak yang mesti bertanggung jawab tadi lewat berita pula, bila perlu diproses secara hukum supaya tidak ada anggapan publik bahwa PDIP hanya sedang memainkan taktik atau jurus "ngeles kayak bajaj" saja.
Saat Sandi baru terpilih menjadi cawapres Prabowo, politikus Partai Demokrat Andi Arief terang-terangan menuding ada mahar Rp 1 triliun dan menyebut Prabowo "Jenderal Kardus".Â
Tidak sedikit para politikus kubu Prabowo-Sandi yang koar-koar akan menuntut Andi Arief secara hukum, tapi sampai sekarang tidak terbukti, ujung-ujungnya gazebo. Publik pun jadi berasumsi memang benar yang dikatakan Andi Arief tadi.