Tabloid Bola diberitakan pamit atau tidak beredar lagi bulan depan. Edisi terakhir bulan ini, 26 Oktober 2018.Â
Mengapa tabloid Bola pamit atau tidak beredar lagi? Tidak mungkin tidak ada sebabnya, tapi setelah berusaha mencari alasan tersebut lewat bantuan mbah Google yang ada cenderung gazebo (gak zelas bo), atau tidak ada keterangan lengkap yang menjelaskan alasannya.Â
Tebak-tebak buah manggis, paling juga bangkrut, atau biaya produksi lebih tinggi dari hasil penjualan.
Bukan hanya tabloid Bola, bisnis apapun kalau mengalami hal seperti itu, ya tutup.Â
Sejenak mengenang tabloid Bola yang awalnya merupakan sisipan dari koran harian Kompas tahun 8o an dulu. Kesannya biasa saja, atau tidak ada yang berlebihan saat itu.
Mungkinkah ada sebagian pihak sampai tidak makan dan tidur, resah serta gelisah karena merindukan kehadiran tabloid Bola setiap minggunya? Mungkin saja ada, tapi sebagian pihak itu cenderung lebay.Â
Awalnya tabloid Bola cukup menarik, apalagi masih gratis. Namun setelah lepas dari koran harian Kompas yang menjadi langganan waktu itu mulai jarang membacanya. Sama sekali tidak "candu" atau resah dan gelisah kalau tidak membacanya.
Tapi kartun si Gundul itu memang cukup lama menarik perhatian, sebelum akhirnya bosan juga, atau lucunya sudah habis. Wajar, karena sulit membuat kartun bola lucu setiap kali terbit. Akhirnya, ya begitu-begitu saja.
Sampai sekarang masih ingat kartun di tabloid Bola yang lucunya gak ketulungan, meski sudah puluhan tahun berlalu.Â
Ceritanya pemain cadangan sudah siap di pinggir lapangan untuk menggantikan pemain yang sedang bertanding. Namun sial, pemain yang ingin digantikan itu terkena kartu merah oleh wasit. Pemain cadangan tadi pun hanya bisa ngedumel karena tak jadi bermain.
Asli, ketawa ngakak waktu itu, meski tidak sampai guling-guling di tanah. Tapi sekali lagi, secara keseluruhan tabloid Bola biasa saja. Meskipun demikian, bukan sesuatu yang salah jika ada sebagian pihak yang tergila-gila, menggandrungi dan memujinya sebagai tabloid olah raga terbaik.