Dua koalisi di Pilpres 2019, yaitu Koalisi Jokowi dan Koalisi Prabowo ternyata di dalamnya ada "politikus sampah".
Maksudnya "politikus sampah" di sini adalah politikus itu "nyampah" di media lewat pernyataan-pernyataan yang kurang bermutu, sekaligus menunjukkan secara langsung atau tidak langsung kualitas "politikus sampah" itu memprihatinkan atau cenderung kurang cerdas.
Padahal jabatannya di parpol masing-masing cukup tinggi, tapi mengapa "politikus sampah" yang kurang cerdas itu bisa menduduki jabatan yang cukup tinggi dan prestisius di parpolnya?
Apakah Sumber Daya Manusia-nya terbatas? Atau bisa menduduki jabatan prestisius tadi karena unsur like and dislike, kong kali kong, atau ada faktor lainnya?
Sejak usai pemilihan cawapres di Koalisi Jokowi dan Koalisi Prabowo yang cukup kontroversial itu, ada saja politikus dari kedua koalisi ini "nyampah" di media dengan mengangkat masalah sepele atau soal ecek-ecek dijadikan isu hangat dan dibiarkan berkembang.
*Selengkapnya bisa disimak pada video slide di bawah ini:
Artikel sebelumnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H