Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kolom Komentar di Kompasiana Sebaiknya Dihapus Saja

11 April 2018   09:11 Diperbarui: 11 April 2018   14:16 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: fosdeh.com

Mengapa kolom komentar di Kompasiana sebaiknya dihapus saja? 

Usulan untuk menghapus kolom komentar di Kompasiana ini mungkin saja akan membuat sebagian Kompasianer's dihinggapi perasaan seperti ini:

1. Sedih. 

Mengapa timbul perasaan sedih apabila kolom komentar dihapus? Ada kemungkinan sebagian pihak ini termasuk golongan atau kelompok "teletubbies romantis melankolis". Bagi golongan atau kelompok ini apapun yang hilang - bukan hanya kolom komentar saja - dianggapnya sebagai sesuatu yang menyedihkan. Air matanya pun jatuh berlinang dan bercucuran.

2. Marah.

Kemarahan yang timbul karena kolom komentar dihapus mungkin saja ada sebagian Kompasianer's yang senang sok akrab dengan penulis artikel. Ketika dihapus, dunia pun terasa gelap. Perasaan hampa datang mendera. Sebenarnya semua itu bisa hilang jika ia tuangkan dalam sebuah artikel atau menulis saja, tapi di sinilah kelemahannya, yakni suka bingung mau menulis apa, kemudian timbul frasa "menulis itu sulit, tapi kalau sekadar berkomentar masih bisa".

3. Tertawa.

Golongan atau kelompok yang tertawa ketika mendengar adanya usulan kolom komentar sebaiknya dihapus saja, boleh dibilang mereka inilah sebenarnya yang disebut "Kompasianer's Sejati".  Mengapa? Karena mereka tahu usulan tersebut tidak akan diterima oleh admin atau pengelola Kompasiana, makanya mereka pun tertawa terbahak-bahak.

Terlepas seperti apa perasaan para Kompasianer's tadi, apa pertimbangan dari usulan ini? Bukankah dengan adanya kolom komentar bisa terjadi saling balas komentar atau saling mengunjungi lapak Kompasianer's sehingga terjadi keakraban yang bisa meneteskan air mata haru? 

Naaaaah...di situlah masalahnya! Bukankah selama ini sudah sering merasa terharu? Bahkan tiada hari tanpa haru? Sikit-sikit terharu, sikit-sikit terharu. Lihat ada keakraban di antara para Kompasianer's, terharu. Sudah seperti keluarga, bukan sekadar teman di dunia maya, terharu. Ketemu di dunia nyata, saling berpelukan seperti teletubbies, terharu.

Capek dunks...terharu mulu. Makanya kolom komentar di Kompasiana sebaiknya dihapus saja agar berkurang rasa terharu tadi, betul tidak? Kalau tidak, ya sudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun