Mohon tunggu...
A Jul
A Jul Mohon Tunggu... Guru Yoga -

Ah, masa?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mati Sajeroning Urip, Urip Sajeroning Pati

27 Mei 2016   06:49 Diperbarui: 27 Mei 2016   19:08 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar: palembangdottribunewsdotcom"][/caption]Maksudnya, tidak bernafas lewat mulut atau lewat hidung. Pernafasan berlangsung melalui keseluruhan pori-pori kulit badan. Dan itulah sebabnya, walaupun dada atau perut tak nampak kembang kempis tubuh tetap hidup. Tidak mati. Orang yang melihatnya atau menyaksikannya akan menduga, tubuh itu adalah tubuh yang sudah mati karena pernafasan di paru-paru sudah tak ada. Perutnya pun tak lagi kembang kempis lagi. Begitu juga dengan dua lubang hidungnya, tak terasa ada aliran nafasnya lagi. Padahal, tubuh itu bukan tubuh yang mati seperti yang diduganya. 

Keadaan "Mati Sajeroning Urip, Urip Sajeroning Pati" ini bisa berlangsung berjam-jam, berhari-hari, berminggu- minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Seperti badan yang sudah mati karena tak ada lagi pernafasan paru-paru dan detak di jantungnya, padahal tubuh itu belum mati karena nafasnya masih keluar masuk secara langsung lewat seluruh pori-pori badannya. Sehingga walaupun keadaan itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama pun badannya tetap tidak membusuk dan mati. 

Langka sekali orang yang bisa melakukan itu. Umumnya orang akan langsung mati apabila saluran nafas hidung atau mulutnya terhalang atau tertutupi sesuatu. Tapi bagi yang memiliki ilmu "Mati Sajeroning Urip, Urip Sajeroning Pati", hal yang umum itu tidak bisa terjadi pada dirinya. Bahkan, walaupun seluruh tubuhnya dipendam atau dikubur di dalam tanah sekali pun, nafas di tubuhnya tetap bakalan tidak bisa lantas terhenti begitu saja. Nah, oleh karena itu lah keadaan ini disebut keadaan hidup di dalam kesejatiannya hidup. Walaupun keadaan tak beda dengan keadaan yang sudah putus aliran nafas di hidung dan di mulutnya. Sepertinya sudah mati, tapi nyatanya masih hidup. Berarti ia hidup di dalam mati. 

Jaman sekarang ini banyak orang yang suka membicarakan atau bahkan menyampaikan bahwa dirinya telah bisa mencapai taraf "Mati Sajeroning Urip, Urip Sajeroning Pati", tapi baru mengalami sakit di dada atau sakit jantung sedikit saja sudah lantas minta dilarikan ke rumah sakit agar asupan oksigen ke badannya bisa dibantu penyalurannya dari tabung oksigen lewat mesin pernafasan :) Kalau kenyataannya seperti itu ya berarti belum punya ilmu "Mati Sajeroning Urip, Urip Sajeroning Pati" :) Kalau sudah mengalami dikubur di dalam tanah selama sehari, seminggu, atau sebulan tetap tidak mati nah baru bisa dipercaya sebagai orang yang menguasai ilmu "Mati Sajeroning Urip, Urip Sajeroning Pati". 

Bagi orang-orang jawa jaman dulu, ilmu ini kadang disebut sebagai ilmu cacing. Karena pola pernafasan yang dipergunakan sama dengan pola pernafasan cacing. Cacing itu tidak bernafas lewat paru-paru, tetapi lewat pori-pori tubuhnya, persis seperti pola pernafasan yang dipergunakan oleh pengamal ilmu "Mati Sajeroning Urip, Urip Sajeroning Pati". Dan karenanya, sama dengan cacing, bisa tetap hidup walaupun terpendam atau terkubur di dalam tanah.

Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun