Mohon tunggu...
A Jul
A Jul Mohon Tunggu... Guru Yoga -

Ah, masa?

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

SIM Mahal Bisa Mengurangi Kemacetan di Jakarta

5 Mei 2016   22:43 Diperbarui: 5 Mei 2016   23:08 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gambar: dubaitrafficfines.net"][/caption]Sewaktu saya janjian dengan kawan saya, Loubna, seorang gadis Maroko, untuk makan malam di Arabian Tea House Cafe, Dubai, UAE, kami bersepakat untuk bertemu di Day To Day Shop yang letaknya tidak jauh dari cafe dimana kemudiannya banti kami akan makan malam bersama. 

Janjian bertemu di Day To Day Shop pukul 17.30. Dan saya sudah sampai sepuluh menit lebih awal. Tapi ditunggu sampai pukul 18.00 Loubna belum juga menampakan wajahnya. Saya harus sabar menunggu beberapa saat lagi sebelum kemudian dia muncul pukul 18.20. Huh..menunggu itu sesuatu yang kadang menjengkelkan ya :)

Penyebabnya ternyata hanya tentang urusan mencari lahan parkir mobil. Nah, sewaktu Loubna menyampaikan soal mencari tempat parkir itu, saya kaget dan saya berpikir, "Berarti dia punya SIM. Wow keren amat dia sampai bisa punya SIM segala", begitu pikir saya. 

Di Dubai SIM adalah termasuk barang mahal. Yang kadang bisa membuat pemiliknya jadi merasa naik gengsinya. Terutama bagi pada umumnya expat dari Asia dan Afrika. Dan bagi sebagian expat dari Eropa atau Amerika. Sebabnya karena untuk mendapatkannya perlu uang besar. Dan persyaratan untuk mendapatkannya pun bukan hal mudah.

Di dubai, butuh uang sekitar 16 juta rupiah sampai dengan 23 jutaan rupiah untuk bisa mendapatkan SIM. Dan butuh waktu sekitar 1 bulan hingga 6 bulan untuk menjalani semua proses untuk mendapatkannya. Gila ya tarifnya? :) Nah itulah sebabnya mengapa memiliki SIM di Dubai itu ada nilai tambah gengsinya. Dan karena dianggap barang berharga, tidak jarang seorang yang baru saja berhasil mendapatkan SIMnya, suka mengadakan pesta sukacita. Seolah-olah, mendapatkan SIM adalah seperti mendapatkan lotre yang nilainya besar. Mendapatkan SIM seperti mendapatkan keberuntungan. Tapi mungkin, itu tuh hanya bagi pada umumnya expat Asia dan Afrika. Tdak bagi semuanya :)

Satu hal yang bisa saya saksikan efek positif dari mahalnya dan lamanya waktu untuk mendapatkan SIM di Dubai itu adalah terjaganya jumlah kendaraan yang wajar dan sesuai dengan volume jalan raya yang tersedia. Walaupun di satu atau dua titik tertentu pada waktu-waktu tertentu ada kemacetan, tapi tidak bisa dibilang macet parah dan menyeluruh. Paling banter hanya mencakup 10 persen dari total jalan yang ada.

Dan pikiran saya melayang ke persoalan kemacetan parah yang setiap hari terjadi di Jakarta. "Kenapa di Jakarta, atau di Indonesia tidak menerapkan cara perolehan SIM seperti yang diterapkan di Dubai. Dengan biaya SIM yang mahalnya sebegitu besar maka jumlah kendaraan yang berseliweran di jalanan dapat dikurangi signifikan. Sebagai gantinya, akan lebih banyak yang mengandalkan angkutan umum. Mungkin, dengan penerapan cara perolehan SIM seperti di Dubai, penurunan jumlah kendaraan di jalanan dalam kota dapat turun hingga 60 persen dari biasanya. Kalau bisa menurunkan kemacetan hingga sebesar itu kan top tuh Jakarta :)

Sekian! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun