Seorang kawan menyampaikan keadaan istrinya yang sedang sakit. "Mungkin akibat stress, kang." Begitu kawan saya bilang.Â
"Kalau karena stress, ya gak terlalu susah normalkannya lagi." Begitu kata saya membuka penjelasan.Â
Stres biasanya muncul karena adanya kegalauan dalam hati (emosi) dan pikiran. Apa yang ada dalam hati tak sama dengan apa yang ada dalam pikiran. Alias gak nyambung, gak sinkron, atau gak harmonis. Kalau apa yang ada dalam perasaan hati (emosi) sama dengan yang ada di dalam pikiran ya gak akan mungkin ada kegalauan. Begitu penjelasan gampangnya..
Trus bagaimana menyetopnya? Tidak sulit. Cukup hanya dengan tidak lagi memikirkan hal-hal yang membuat hati dan pikiran tidak sinkron. Atau pergi nonton TV. Pilih film atau acara yang lucu-lucu. Lupakan segala keruwetan dalam pikiran. Ketika pikiran sudah tak lagi memikirkan hal-hal yang tidak sinkron dengan keadaan yang ada di dalam hati, kesemrawutan hubungan hati dan pikiran pun tak ada lagi. Hati dan pikiran kembali ke keadaan hubungan yang normalnya lagi. Harmoni. Â Dan apabila kerja hati dan pikiran sudah kembali ke keadaan normalnya lagi, sistem kerja fisiologis tubuh juga akan kembali ke keadaan normalnya.Â
Kalau pun ada salah satu atau beberapa bagian dalam sistem tubuh itu yang masih terasa kurang pas keadaannya, itu karena efek ketidak harmonisan hati dan pikiran (stress) yang terjadi sebelumnya. Dengan sedikit melakukan beberapa gerakan olah raga, berjemur, dan makan makanan yang segar-segar, kondisi fisiologis yang masih sedikit terasa tak nyaman itu bisa kembali pulih lagi.
Diam adalah tekhnik paling efektif (manjur) untuk mencegah dan menormalkan stress. Karena dalam keadaan diam, pikiran, emosi dan tubuh akan memiliki waktu untuk membentuk hubungan harmonisnya kembali. Harus selalu diingat bahwa badan, pikiran dan tubuh saling berkaitan.
Sehingga kalau ada salah satunya atau sebagiannya dari ketiga itu yang bekerja tidak sinkron dengan yang lainnya maka akan menciptakan kekacauan di masing-masingnya. Udah pikiran lagi pusing mikirin sesuatu, eh badan malah jadi terasa sakit-sakit. Perasaan hati jadi makin kacau. Kurang lebih begitu ilustrasi keadaannya kalau ada salah satu atau sebagian dari ketiga hal itu yang tidak bekerja atau berprilaku tidak sesuai dengan yang lainnya.Â
Diam disini adalah diamnya pikiran, hati dan tubuh fisik. Dan untuk bisa mendiamkan tubuh fisik, pikiran.dan perasaan hati (emosi), memerlukan latihan dan pembiasaan. Yang apabila latihan ini berhasil akan membuat pelakunya jadi manusia yang berpikiran taktis, to the point dan rasional. Cara bertindaknya pun akan efektif. Tidak banyak bergerak tapi srkali bergerak bisa memcapai tujuan. Perasaan hatinya tentu saja akan selalu berada dalam keadaan stabil dan baik. Tidak penuh perasaan-perasaan hati yang gak-gak dan tidak menguntungkan.Â
Orang yang selalu berlatih diam akan bisa mencapai keadaan hidup lahir bathin yang lebih sempurna daripada yang tidak banyak diam.Â
Silence is gold. Begitu katanya. Dan seorang Nabi pernah bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Tuhan dan hari akhir, niscaya ia akan berbicara hal-hal yang sepatutnya disampaikan saja atau diam." Jadi, banyak-banyak lah diam. Diam hati, pikiran dan tubuh. Agar sehat lahir dan bathin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H