Baru-baru ini ditemukan kuil warisan Sumeria yang berusia 4500 SM yang terbenam di Irak. Â Kuil itu dipersembakan untuk Ningirsu, Dewa Guntur Musim Semi Mesopotamia. (https://inet.detik.com/science/d-6589918/kuil-dewa-guntur-berusia-4500-tahun-ditemukan-terbenam-di-irak)
Antara Budaya Jomon dan Sumeria, kita seperti melihat kebudayaan yang terbelakang Jomon:  berburu, meramu hingga pertanian berbanding dengan Kebudayaan Sumeria  yang maju, kota dengan segala pengetahuan. Karena itu banyak orang menganggap Sumeria sebagai ibu peradaban manusia.Â
Tetapi temuan di Gunung Padang barangkali bisa membalikkan semua itu sebagaimana  juga disampaikan oleh Bambang Wibawarta ketika mengantarkan buku Ali Akbar,  Situs Gunung Padang, Misteri dan Arkeologi, Jakarta, Desember 2013, "Selama ini, mesopotamia yang terletak di antara dua sungai besar, Eufrat dan Tigris dianggap sebagai sumber peradaban tertua di dunia. Daerah ini kini menjadi Republik Irak. Sejarah Mesopotamia diyakini berawal dari tumbuhnya peradaban Bangsa Sumer(ia) sekitar tahun 3000 SM.Â
Namun demikian Stephen Oppenheimer, dokter ahli genetik dari Universitas Oxford yang banyak mempelajari sejarah peradaban  membantah paradigma yang sudah berkembang lama  tersebut. Ia berpendapat bahwa Paparan Sunda (Sundaland) merupakan cikal-bakal peradaban kuno...menurutnya munculnya peradaban di Mesopotamia justru dipicu oleh kedatangan para imigran dari Asia Tenggara. Dasar argumennya adalah etnografi, arkeologi, oseanografi, mitologi, analisa DNA dan linguistik. Ia mengemukakan bahwa di wilayah Sundaland sudah ada peradabaan yang menjadi leluhur peradaban Timur Tengah 6000 tahun silam".
Sayang, semua yang purba itu masih misteri; masih menjadi dugaan dan dugaan. Abad-abad kita sebelum masehi masih gelap seakan tak ada tulisan yang menerangi di setiap perjalanan sejarah sebagaimana di Tiongkok, 3000 SM sudah menghasilkan kitab perubahan: I Ching.Â
 Kita masih perlu menggali dan menggali dan mencatat. Tetapi Negara lagi disibukkan dengan politik dengan imajinasi masing-masing. Yang kita butuhkan adalah Imajinasi Indonesia yang adil dan makmur, makmur sebagaimana diimajinasikan dalam situs dan situs bayangan kejayaan masa lampau, yang bahkan "manusia-manusia kera" itu pun memilih berkumpul dan hidup di Lembah Solo dua puluhan atau belasan ribu tahun yang lalu. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H