Mohon tunggu...
AJ Susmana
AJ Susmana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

AJ Susmana, dilahirkan di Klaten. Dapat dihubungi via Email ajsusmana@yahoo.com Selain menulis, berbagai isu sosial, budaya dan politik, juga "menulis" lagu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adityawarman, Diplomat Ulung Majapahit

30 Januari 2023   10:56 Diperbarui: 2 Mei 2024   13:39 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hubungan Luar Negeri antara Nusantara (Indonesia) dengan  negara-negara asing sudah berlangsung lama. Setidaknya, sebagaimana catatan-catatan yang ada, sudah terjadi pada abad pertama Masehi.

Hubungan yang jelas dengan pengiriman utusan, duta atau diplomat yaitu dengan Kekaisaran Tiongkok, kemudian Campa. Dengan India, terjadi pengaruh yang kuat, sebagaimana tampak dalam gelar Raja Jayanegara, Raja Majapahit yang kedua, yang berkuasa dari 1309-1328 M yaitu  Sri  Sundarapandyadevadhisvara Vikramottungadeva. Gelar ini memperlihatkan adanya  hubungan antara Jawa dengan negeri Dinasti Pandya, ujung selatan India. Hubungan ini pun sudah terjalin sejak jaman Sanjaya dari masa Mataram Kuno, abad ke-8 M. Walau begitu, hampir tidak ada catatan tentang duta yang dikirim ke India. Justru "duta" India bernama Aji Saka yang kita kenal sebagai pembawa aksara Pallawa pada tahun 78 Masehi. Juga Sang Agastya yang sering dianggap sebagai gurunya orang Jawa.   

Sepanjang sejarah kuno Nusantara hingga keruntuhan Majapahit itu, jadi sekitar 1500 tahun, seakan kita hanya mengenal satu tokoh diplomat saja yaitu Adityawarman. Prof. Liang Liji dalam bukunya yang berjudul "Dari Relasi Upeti ke Mitra Strategis, 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok--Indonesia" menulis: "Pada tahun 1309, Majapahit mengutus hulubalangnya yang bernama Adityawarman datang mengunjungi Tiongkok." Bila catatan ini benar, itu berarti Adityawarman memulai karirnya sebagai diplomat pada umur  sekitar 15 tahun. Sebagaimana kita ketahui, Adityawarman dibesarkan di Kraton Majapahit berbarengan dengan Jayanegara, juga putri-putri Gayatri: Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat dan nama Jayanegara ketika masih bayi  sudah tercatat pada prasasti Gunung Butak tahun 1294 M.

Tahun 1309 adalah juga tahun kematian Dyah Wijaya, pendiri dan raja pertama Majapahit. Kita tidak tahu siapa yang mengirimkan Adityawarman ke Tiongkok: Wijaya sendiri sebelum kematiannya atau Jayanegara, raja yang baru naik takhta, yang sama-sama berusia belasan tahun? Kira-kira masalah apa yang diajukan Adityawarman sebagai diplomat? Pada masa ini adalah masa pemulihan hubungan Majapahit dengan Dinasti Yuan-Mongol. Kita tahu: 16 tahun sebelumnya, Majapahit berhasil mempecundangi tentara Mongol yang menyerbu Jawa. Dua Jendral yaitu Shih Pi dan Ike Messe yang dianggap gagal itu dihukum oleh Kubilai Khan. Kubilai Khan sendiri meninggal pada tahun 1294.

Hasil dari diplomasi ini tentunya berhasil sebab banyak catatan yang mengungkapkan bahwa di bawah kuasa Jayanegara utusan-utusan Majapahit itu setiap tahun selalu datang ke Tiongkok, dan utusan yang tercatat itu tidak salah lagi adalah Adityawarman.  Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada, Biografi Politik terbitan Komunitas Bambu, menulis: "Dalam masa pemerintahan Jayanagara hubungan dengan Cina mulai terjalin kembali. Utusan dari Jawa datang ke Cina setiap tahun, dari tahun 1325 sampai 1328. Utusan dari Jawa yang datang ke Cina disebutkan bernama Seng-Ch'ia-Liyeh. Ia juga disebut berkuasa di Sumatra denga nama Seng-Ch'ia-Lieh-Yu-Lan. Pada waktu itu raja Jawa disebut dengan nama Cha-ya-na-ko-nai, pastinya pengucapan Cina dari nama Jayanagara". Jayanagara kemudian meninggal dibunuh pada 1328 M, digantikan oleh saudara perempuannya yaitu Dyah Gitarja bergelar Tribhuwana Tunggadewi, nantinya berkuasa hingga 1350 sebelum turun takhta demi anaknya Hayam Wuruk.

 

Lagi-lagi, setelah terlibat dalam pemadaman pemberontakan Sadeng dan Keta pada 1331, Adityawarman, dengan pengalaman yang panjang sebagai diplomat, semasa kuasa Jayanagara, kembali dikirim sebagai duta ke Tiongkok. (lihat juga: Apriadi Ujiarso, Dyah Gitarja, Biografi Kekuasaan Majapahit, Interlude, Yogyakarta, 2022;43) JJ Ras dalam Masyarakat dan Kesusastraan Jawa, terbitan Obor, menulis: "Pada tahun 1332, Gajah Mada mengirimkan tidak kurang dari 83 orang  dengan surat emas dan hadiah yang berharga kepada Kerajaan Tiongkok". Tentu, apa yang diinformasikan JJ Ras ini tidak benar. Raja Perempuan Tribhuwanalah yang semestinya punya kuasa untuk mengirimkan duta ke Tiongkok. Mahapatih Majapahit sendiri masih dijabat Mpu Krewes alias Arya Tadah. Gajah Mada menjadi Mahapatih Majapahit masih menunggu dua tahun lagi setelah keberangkatan Adityawarman pada tahun 1332 ke Tiongkok.

Apriadi Ujiarso dalam Dyah Gitarja, Biografi Kekuasaan Majapahit, terbitan Interlude, melukiskan tugas berat sang diplomat Adityawarman: "Ternyata tugas kali ini tidaklah ringan, bahkan boleh disebut lebih berat daripada yang pertama. Penguasa negeri Tatar juga sudah berganti, pasca tewas Yesun Temur Khan aka Kaisar Taiding dari Yuan di Shangdu pada 15 Agustus 1328. Menurut Cakradara, situasi Dwipa-antara mulai terdampak oleh krisis sosial dan ekonomi yang makin runyam di negeri Tatar. Selama dua tahun itu, tekanan perbudakan rakyat Tatar bertambah secara substansial. Akbatnya banyak warga Tatar  yang hengkang dari tanah kelahirannya, terutama dari suku Han dan Hui, menjadi diaspora di berbagai tempat di kawasan Asia Tenggara dan Dwipa-antara, termasuk beberapa titik di pantura-Jawa".

Begitulah sekilas kita lihat sepak-terjang Adityawarman sebagai Diplomat Majapahit. Tentunya ada nama-nama lain, terutama di masa sebelum Jayanagara dan sesudah Tribhuwana Tunggadewi berkuasa sebagaimana dicatat Abd Rahman Hamid dalam Sejarah Maritim Indonesia terbitan  Ombak, "Dari tahun 1370 sampai akhir abad ke-15, sejarah Dinasti Ming menyebutkan tidak kurang dari 43 perutusan Jawa, yang 41 di antaranya berlangsung antara 1370 sampai 1465".

Dan lagi, Adityawarman tentu juga tidak sendirian berangkat ke Tiongkok. Menurut Yuan Chau Shi Hua (Tambo Dinasti Yuan) yang ditulis oleh Qiu Shu Shen,  utusan-utusan yang datang ke Tiongkok pada 1332 itu banyak sekali. Jumlahnya mencapai 83 orang. Tentu jumlah yang besar ini bukanlah karena adanya rombongan yang suka numpang piknik bila ada dinas ke luar negeri seperti pada masa  sekarang..?

*****

Baca juga: Kabinet Prabowo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun