Mohon tunggu...
Ajrun Nisa Rohmania
Ajrun Nisa Rohmania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Negeri Surabaya

Saya adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Autis Menggunakan Teknik Modelling

19 Juni 2024   16:50 Diperbarui: 19 Juni 2024   17:05 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Menurut DSM V (APA, 2013), autisme adalah suatu gangguan perkembangan saraf (neurodevelopmental disorder) yang ditandai dengan hambatan komunikasi sosial dan interaksi sosial pada berbagai situasi (termasuk hambatan dalam timbal balik sosial, perilaku komunikatif non-verbal yang digunakan untuk interaksi sosial, dan keterampilan dalam mengembangkan, mempertahankan dan memahami hubungan) dan juga adanya pola perilaku, ketertarikan yang terbatas maupun aktivitas yang berulang.

Hambatan Interaksi Sosial Anak Autis 

Menurut American Psychiatric Association, (Diagnostic Statistical Manual) dalam (Mansur, 2016) bahwa gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukan oleh  paling sedikit dua diantara berikut:

  • Memiliki kesulitan dalam menggunakan berbagai perilaku non verbal seperti, kontak mata, ekspresi muka, sikap tubuh, bahasa tubuh lainnya yang mengatur interaksi sosial.
  • Memiliki kesulitan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya atau teman yang sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya.
  • Ketidakmampuan untuk berbagi kesenangan, minat, atau keberhasilan secara spontan dengan orang lain (seperti, kurang tampak adanya perilaku memperlihatkan, membawa atau menunjuk objek yang menjadi minatnya).
  • Ketidakmampuan dalam membina hubungan sosial atau emosi yang timbal balik.

Menurut (Azis & Mukramin, 2021) Proses sosial yang dialami oleh Anak Autis mengalami hambatan, karena ketidakmampuan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi karena pikiran, perasaan serta perilakunya sulit dipahami oleh orang lain. 

Hal ini juga akan memperparah dengan adanya kesulitan bahasa dalam memahami komunikasi yang dilakukan oleh Anak Autis maupun orang-orang yang ada disekitarnya. Menurut Berta dalam (Shalehah et al., 2023) bahwa gangguan pada keterampilan sosial seperti bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain akan berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam menerima pembelajaran di sekolah.

Menurut (Zulkarnain et al., 2015) bahwa hambatan interaksi sosial yang dimiliki oleh anak autis menyebabkan mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial sehingga sering kali mereka kurang dapat merespon apa yang dikatakan orang lain kepadanya dan kurang mampu mengungkapkan apa yang dipikirkannya dan lebih menggunakan simbol-simbol untuk mengatakan sesuatu. Hal ini jelas memberikan dampak pada mereka yaitu jika mereka diberi perintah, mereka sering kali tidak dapat melaksanakannya.

Solusi Hambatan Interaksi Sosial Anak Autis

  • Teknik Modelling Menurut (Nurfaizah, 2019) Teknik Modeling adalah istilah yang menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan (observational learning) terhadap orang lain dan perubahan yang terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation) menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati. 
  • Menurut Bandura dalam (Suharsiwi, 2015) bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah melalui pengamatan atau pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran. 
  • Proses belajar melalui pengamatan menunjukkan terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku pada orang lain saat meniru apa yang ia lihat pada lingkungannya lambat laun akan memengaruhi dirinya untuk melakukan hal yang sama pada objek yang dilihat. 
  • Namun, perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik modeling nyata adalah menekankan pada peserta didik bahwa mereka dapat mengadaptasi perilaku yang ditampilkan oleh model sesuai dengan gayanya sendiri. Dalam hal ini, guru dapat memberi contoh seperti bersalaman, bermain dengan teman, menyapa teman, berinisiatif untuk berbicara kepada teman, ataupun mencontohkan cara berbicara yang sopan.
  • Teknik Prompting Prompt merupakan kondisi atau upaya yang membantu munculnya sebuah respon. Menurut Miltenberger R. G. teknik prompting merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan serta sesuai untuk mengajarkan satu perilaku pada anak. 

  • Menurut Ambaryanti dalam (Elizabet, 2020) bahwa hasil positif terhadap pemberian prompting salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Fungsi lain pemberian prompting adalah untuk menghasilkan sebuah perilaku yang diinginkan dengan contoh yang benar sehingga anak mampu mencapai target perilakunya. 
  • Dengan menggunakan Teknik prompting ini, guru dapat memberikan dorongan atau bantuan yang berupa rangsangan yang diberikan sebelum atau selama pembelajaran berlangsung terhadap sebuah perilaku, dalam hal ini prompting membantu guru sehingga dapat memberikan penguatan. Misalnya, pada saat siswa akan bersalaman dengan teman, guru memberikan bantuan untuk siswa agar mengikuti perintah yang diberikan.
  • Reinforcement Menurut Andi Mappiare dalam (Yunitasari, 2018) Reinforcement adalah suatu peristiwa yang menguatkan atau menambah peluang terjadinya suatu respons dengan cara memberikan reward kepada anak. Reinforcement ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam interaksi sosial. 
  • Reinforcement yang dimaksud adalah penguatan yang diberikan berupa pujian yakni pintar, hebat dan pelukan saat anak dapat melakukan kegiatan yang telah dicontohkan oleh guru. Menurut (Astriani, 2022) bahwa Reinforcement mampu mengubah perilakudengan konsekuensi negatif yang membentuk perilaku anaksehingga terjadinya perilaku baru yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, U., & Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan Pontianak, F. (n.d.). PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENGEMBANGKAN INTERAKSI SOSIAL ANAK USIA DINI DI SLB AUTIS PONTIANAK.

Astriani, D. (2022). Play therapy dengan permainan tradisional “Gobak sodor” untuk meningkatkan regulasi diri pada anak dengan tanggung jawab rendah. Procedia : Studi Kasus Dan Intervensi Psikologi, 10(3), 98–102. https://doi.org/10.22219/procedia.v10i3.17460

Azis, F., & Mukramin, un. (2021). Equlibrium : Jurnal Pendidikan Interaksi Sosial Anak Autis di Sekolah Inklusi (Studi Sosiologi Pada Sekolah Inklusi di Kota Makassar). 1. http://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun