Top Gun 2022, rasanya tidak asing di telinga para milenial. Sebuah sequel dari Film Top Gun 1986 yang menceritakan seorang Kapten Angkatan Laut (AL) dengan segudang prestasi dan pencapaian di bidangnya. Selama 30 tahun mengabdi dan berkontribusi di Angkatan Laut dan telah ditawari beberapa kesempatan promosi menjadi Laksamana dan bahkan Senator, tetapi Ia menolak dan lebih memilih untuk tetap menjadi seorang Kapten dengan alasan bahwa Ia tidak menginginkan jabatan, karena menurutnya sebagai pelayan negara Ia ingin berkontribusi sesuai dengan tempat dimana Ia bisa menjadi dirinya.
Singkat cerita, Ia ditantang oleh Pemimpinnya untuk menjadi pelatih bagi Angkatan Laut muda yang ditugaskan untuk menjalankan misi tertentu. Ia terkejut dan tidak menyangka karena menjadi pelatih bukanlah suatu hal yang diinginkan dan bukan pula tempat untuk mengaktualisasikan dirinya. Namun, karena sebuah perintah maka Ia tidak bisa menolaknya, dengan rasa terpaksa Ia pun melakukannya. Hari pertama, Ia tidak dianggap kehadirannya oleh Angkatan muda. Hari hari pun berlalu, Ia memiliki dilemma antara melanjutkan untuk menjadi pelatih Angkatan muda dengan risiko bahwa mereka bisa saja gugur dalam menjalankan misi atau berhenti menjadi pelatih dengan alasan menjadi pilot pesawat tempur adalah jati dirinya.
Karena dorongan semangat dan motivasi dari sahabat yang mengatakan bahwa para Angkatan muda membutuhkan sosok pelatih seperti Maverick maka Ia pun menggugurkan keinginan dan egonya sehingga memilih untuk tetap menjadi Pelatih demi mensukseskan misi yang dijalankan oleh Angkatan muda.
Niatnya untuk menyelaraskan Tim, membangun harmonisasi dan daya saing antar Angkatan muda, Maverick mengajak Angkatan muda untuk melakukan olahraga bersama yang mungkin tidak pernah dilakukan sebelumnya, yaitu olahraga sepak bola air. Kegiatan ini awalnya mendapat kritikan dari Pemimpinnya, tetapi Maverick memiliki tujuan ingin membentuk jiwa berjuang dan perang (ilmu serang dan pertahanan dalam satu waktu) maka permainan tersebut tetap berlangsung.
Pengalaman dalam menjalankan misi negara menjadikan Ia sangat paham terhadap rintangan yang akan dihadapi. Ia memutuskan untuk mengubah standardisasi pelatihan menjadi lebih sulit seperti simulasi menjalankan misi. Namun, niat Maverick cembali mendapat penolakan dari pemimpinnya dengan alasan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tidak berhenti usaha untuk mensukseskan Angkatan muda dalam menjalankan misi, Maverick pun tetap membuktikan kepada Pemimpinya dan Angkatan muda dengan melakukan simulasi menjalankan misi dan berhasil. Setengah perjalanan menjadi pelatih telah berhasil dilewati, Maverick akhirnya dipercaya sepenuhnya oleh Pemimpinnya dan Angkatan muda untuk menjalankan strategi dan metode mengajarnya.
SHOW TIME
Hari itu pun tiba. Hari dimana misi harus dijalankan. Dengan aksinya yang menunjukan kemampuannya, Maverick pun ditunjuk oleh Pemimpinnya untuk menjadi leader dalam menjalankan misi sebagaimana yang Ia harapkan di awal penugasannya. Lalu Ia menunjuk beberapa Angkatan muda yang Ia percaya mampu menjalankan misi sebagai Tim. Di menit pertama mereka mampu melewati rintangan sesuai dengan strategi, namun dalam pertengahan waktu mereka menghadapi serangan musuh, sehingga terdapat adegan dimana upaya untuk rela berkorban ditampilkan. Maverick sebagai leader berhasil menyelamatkan anggota Tim nya begitupun anggota tim tersebut berhasil menyelamatkan kembali nyawa Maverick yang sempat terancam. Hingga akhirnya mereka berhasil dalam menjalankan misi tanpa harus menanggung akibat dari risiko gugur dalam perjalanan.
NILAI AKHLAK
Dari sini, banyak sekali nilai yang tersirat dan dapat dipetik oleh para pemimpin khususnya pemimpin Millennial. Dimana nilai AKHLAK tercermin dalam diri Maverick.Â
Sebagai contoh dari nilai Amanah, yaitu Maverick tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin walaupun tugas tersebut tidak sesuai dengan keinginannya.
Nilai Kompeten tercermin dengan dirinya yang ingin membuktikan kepada Pemimpin dan Angkatan muda bahwa dengan menjalankan pelatihan sesuai dengan standard yang sesuai dengan misi sesungguhnya bisa tercapai.
Nilai Harmonis tercermin dari adegan Maverick mencoba membangun hubungan yang harmonis antar Angkatan muda dengan melakukan kegiatan olahraga bersama.
Nilai Loyal tercermin dengan sikap Maverick yang berkontribusi selama 30 tahun tanpa mengharapkan tawaran promosi karirnya.
Nilai Adaptif di dalam film tercermin dengan adegan menyesuaikan jenis dan tipe pesawat tempur dengan peralatan perang yang dimiliki musuh merupakan suatu Tindakan yang mengandung nilai adaptif terhadap teknologi.
Nilai Kolaboratif tercermin dengan gaya kepemimpinan Maverick yang mengajarkan Kerjasama tim dalam menjalankan pelatihan dan misi telah menunjukan nilai Kolaboratif antar Pemimpin dengan anggotanya.
APA RELEVANSI NYA DENGAN PEMIMPIN MILLENNIAL ?
Tentunya dari film Top Gun ini harapannya Pemimpin Millennial bisa meneladani sosok Maverick dalam menjalankan peran sebagai Pemimpin. Pemimpin yang memiliki nilai AKHLAK dan mengutamakan kepentingan Perusahaan bukan ego individu dan pemimpin yang peduli akan keberhasilan dan kesuksesan tim dan anggotanya. Dari film ini kita belajar juga bahwa keberhasilan anggota, sangat besar dipengaruhi oleh keberhasilan Pemimpin menciptakan Pemimpin baru bukan pemimpin yang takut dan khawatir bersaing dengan anggotanya. Bukan juga Pemimpin yang dengan mudah menyalahkan anggotanya, karena sejatinya kesalahan anggota bisa juga dipengaruhi oleh kemampuan Pemimpin dalam memimpin anggotanya.
Semoga Pemimpin Millennial dapat menjadi contoh (role model) untuk anggota timnya dan juga orang lain. Â Salam AKHLAK!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H