Pada, 2 Desember 2021 cerita seorang perempuan yang mencoba bertahan hidup di tanah yang hancur, rapuh, dan dingin yang membuatnya tidak bisa berpijak lebih lama lagi.
Tulisan ini untuk mengingatkan kita semua bahwa pernah ada salah satu korban pelecehan seksual yang terabaikan. Dia adalah salah satu dari ribuan perempuan-perempuan yang tidak mendapatkan perlindungan dari keluarganya, masyarakat, pemerintah, dan negara.
Perempuan itu Novia Widyasari Rahayu, berusia 23 tahun mengakhiri kepedihannya karena dikhianati orang-orang yang tidak memiliki nurani.Â
Ia mati dibunuh berkali-kali oleh hukum, kultur, dan pengkhianatan. Namun kita harus terus mengabadikannya agar tidak lupa dan tidak membiarkan kejadian itu terulang kembali.
Sudah seharusnya dan secepatnya masyarakat bahu membahu membantu korban-korban kekerasan, melindungi, dan memberikan ruang aman. Bukan sibuk menyalahkan dan menghakimi.Â
Di luar sana, korban-korban masih banyak banyak yang terabaikan, tetapi percayalah masih banyak orang-orang baik yang  memiliki ketulusan hati, bersama-sama mendukung dan melindungi.
Kejadian-kejadian yang dialami perempuan itu disalahkan, disudutkan, diasingkan, bahkan disingkirkan dari kehidupan masyarakat. Tidak dianggap selayaknya manusia, dihina, dianiaya mental dan fisiknya, padahal PEREMPUAN itu adalah KORBAN.
Tidak hanya laki-laki, perempuan lain sesamaanya pun  selalu menyalahkan bagaimana seharusnya perempuan itu berpakaian, berperilaku, berhati-hati, berlindung dan hal-hal  Kenapa banyak sekali aturan untuk para perempuan? Lalu bagaimana dengan laki-laki? Apakah tidak ada aturan untuk mereka menjaga pikiran buruk dan menjaga sikapnya terhadap perempuan dan  atau orang lain?
Kita tahu, bahkan kita semua tahu. Banyak sekali kasus pelecehan, pemerkosaan, kekerasan, terhadap perempuan. Tidak banyak yang berani mengemukakannya di publik karena memiliki kekhawatiran atas respon yang didapat hanya akan menghancurkan mentalnya dan menimbulkan efek trauma yang panjang.Â
Baru belakangan ini, perempuan-perempuan lebih banyak yang berani speak up, namun itu pun setelah melewati proses dan masa yang panjang untuk mencoba berbicara kepada publik meski melalui tulisan, tetapi setidaknya mereka telah mendapat kekuatan dukungan untuk mengutarakannya, sebab mereka tahu, bahwa mereka tida sendiri.