Perempuan itu kehilangan dukungan dari orang-orang terdekatnya, bahkan keluarganya menghina, mencibir dengan kata-kata yang tidak pantas. Ia dihancurkan, patah hati dan tak bisa rekat kembali.Â
Semangatnya hilang, kehidupannya berganti menjadi ketakutan-ketakutan yang mengikuti setiap kedipan matanya. Ia diikuti bayang-bayang kematian setiap saat, kekecewaan, kemarahan, kesedihan, memeluknya erat-erat hingga ia sesak.Â
Sampai ia ingin segera mengakhiri penderitaannya yang ia pikul sendiri dengan sianida di tangannya dan duduk di atas pusara ayahnya.
Media berlomba-lomba mengulik peristiwa ini, cerita perempuan yang diunggah beberapa hari sebelum ia mengakhiri hidupnya melalui media sosial menjadi riuh dan diperbincangkan di semua media massa.Â
Akhirnya kasus ini terangkat dan menduduki posisi paling atas dan isu yang menjadikan masyarakat murka dan terus menuntut hukuman setimpal bagi pelaku pemerkosaan, pemaksaan aborsi, yang dilindungi oleh latar belakang yang didukung oleh kekuatan jabatan.
Pelaku adalah Bripda Randy Bagus, ia melakukan pemerkosaan dan memaksa korban melakukan aborsi sebanyak dua kali selama berpacaran.Â
Korban mengalami depresi berat sebelum akhirnya meninggal dengan menenggak racun. Namun pelaku hanya dijatuhi hukuman tindakan aborsi dan pelanggaran kode etik.Â
Pasal pemerkosaannya tidak dianggap dan tidak diikutsertakan dalam hukumannya. Padahal bukti-bukti sudah terkantongi jelas. Namun negara ini seolah menyembunyikan banyak sekali kebusukan-kebusukan yang terus ditanam.
RUU PKS masih menjadi bagian yang jauh dari harapan para perempuan. Undang-uundang perlindungan terhadap perempuan menjadi fatamorgana dalam padang pasir yang membentang luas di negara Indonesia. Kekerasan terhadap perempuan masih menjadi fenomena yang terus menghantui dan mencekam bagi perempuan.Â
Rasa aman menjadi sesuatu yang hilang dari kehidupan perempuan, namun perempuan tetap disalahkan dalam rape culture, patriarkisme, dan seksisme.
Bagaimana dengan laki-laki yang tidak diajarkan bagaimana mengontrol pikiran kotor mereka?