Sejak awal mula diciptakannya manusia, Tuhan telah memberi kehendak bebas kepada manusia. Setiap perbuatan mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal ketika nantinya akan diperiksa kembali di meja hijau Tuhan.
Sore ini, saya mendapat kabar lewat twitter, salah satu teman masa sd saya meninggal karena terbunuh. Saya belum tahu pasti kronologisnya seperti apa. Mendengar berita tersebut langsung membuat saya shock. Saya sering melihat berita - berita pembunuhan di televisi, tapi baru kali ini saya merasakannya,seperti sebuah hantaman yang sangat keras di dada saya.
Pembunuhan dapat terjadi kepada siapa saja. Para pelakunya adalah sesama manusia. Sungguh ngeri membayangkannya. Saya tidak habis pikir, bahkan ketika Tuhan memberikan kehendak bebasNya untuk membunuh, apakah manusia itu tidak berpikir mengenai dampaknya? Secara psikologis, orang tersebut pasti selalu dihantui rasa bersalah, atau mungkin mereka malah sudah mati rasa? layaknya sebuah hobi, membunuh bagi mereka adalah kegiatan yang biasa.
Mengapa begitu banyak terjadi pembunuhan? Materi mungkin salah satu penyebabnya, selain itu juga ada hawa nafsu yang membuat mata dan akal pikiran manusia yang rasional menjadi buta. Apa yang mereka rasakan ketika melakukan perbuatan keji tersebut? Seolah - olah tubuh manusia layaknya seekor binatang yang hendak dibantai. Diperkosa, dicekik, tusuk sana - tusuk sini, dimutilasi. Semudah itukah melenyapkan nyawa? Layaknya memotong daging kurban dengan disaksikan orang - orang di sekitar. Tidakkah mereka mendengar jeritan mohon ampun dari si korban? Tidakkah mereka merasa kasihan mendengar jeritan tersebut? Apa yang mereka lakukan setelah melakukan aksinya tersebut? Menyesalkah? Merenung? Takut? Mencari akal untuk kabur?
Bayangkan ini, Tuhan bisa saja dengan mudah mengambil nyawa para pembunuh saat itu juga, tapi apakah Tuhan melakukannya? Tidak. Tuhan membiarkannya. Tuhan tidak membuat nyawa manusia semurah itu, Tuhan menempatkan mereka untuk ditangkap, agar mereka bisa merenung, agar mereka bisa tahu berapa mahalnya nyawa manusia yang mereka bunuh seenaknya.
Terkadang ketika televisi menayangkan berita pembunuhan, mungkin membuat para pembunuh ini merasa bahwa membunuh seperti sebuah hal biasa. Toh, hampir tiap harinya juga ada kok yang membunuh. Perspektif negatif yang ada, juga dibarengi dengan kondisi yang mendukung membuat akal dan nurani menjadi tumpul.
Semoga kita sebagai manusia sadar, betapa berharganya nyawa manusia, sekotor apapun pekerjaan manusia tersebut, tetapi yang berhak atas nyawa seseorang hanyalah Tuhan. Kita bukanlah Tuhan yang mempunyai kehendak akan nyawa seseorang, walaupun itu adalah hukuman mati sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H