Mohon tunggu...
Antonius Jonathan
Antonius Jonathan Mohon Tunggu... -

"Adilkah menyalah - nyalahkan Kurawa sambil mendewa - dewakan Pandawa? Mengapa kita begitu terpengaruh pada dalang wayang kulit yang selalu mengajarkan bahwa Kurawa itu jahat, sedangkan Pandawa itu baik?"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Akankah Indonesia Menjadi Negara Maju Dengan Pemikiran Masyarakatnya Saat Ini?

24 Februari 2014   06:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, negara dengan berbagai macam kultur dan budaya, negara yang kaya akan Sumber Daya Alam(SDA)nya, negara yang menururt Badan Pusat Statistik(BPS) jumlah warga negaranya mencapai hampir 250 juta jiwa, negara yang sedemikian luasnya. Namun apakah Indonesia sudah bisa dikategorikan sebagai negara maju? Melihat dari banyaknya sumber daya manusia dan juga sumber daya alamnya wajar jika orang awam berpikir secara logika bahwa Indonesia semestinya mampu menjadi sebuah negara maju, layaknya negara adidaya sengan "superpower" nya, Amerika Serikat, yang jumlah penduduknya mencapai sekitar 313 juta jiwa, atau negara China yang kian menjelma menjadi negara nomer 1 dunia dengan jumlah penduduknya yang mencapai sekitar 1,3 milyar jiwa. Pertanyaan mendasar dari semua statistik tersebut adalah mengapa Indonesia belum mampu untuk menjadi sebuah negara maju?

Beberapa opini yang tiap hari selalu dan terus melintas di kepala saya adalah mengenai betapa rendahnya keinginan dari masyarakat Indonesia untuk mau maju, doktrin pendidikan yang mengharuskan anak - anak Indonesia untuk menjadi pintar dan bukannya cerdas, intelektualitas masyarakat yang tidak mau diajak ke level standar yang lebih tinggi.

oke, kita ambil contoh dari dunia pendidikan di Indonesia. Tes dan ulangan, itu mungkin perlu. naik kelas dan tidaknya seseorang memang bagus dijadikan sebuah bahan pertimbangan di mana seorang anak yang dirasa belum baik di tingkat kelas tersebut tidak akan dinaikan dulu sampai dia memperbaiki prestasinya. tapi melihat sistem yang diajarkan oleh para pendidik di Indonesia, sudahkah berjalan dengan tepat dan baik? berikut saya berikan sebuah bahan renungan yang bagus untuk pendidikan di Indonesia,thread ini saya copy dari kaskus.com dengan username vtikwahidi http://www.kaskus.co.id/post/5217142418cb172249000005#post5217142418cb172249000005

Seorang guru di Australia pernah berkata:

“Kami tidak terlalu khawatir jika anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”

“Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?” Kerena yang terjadi di negara kita justru sebaliknya.

Inilah jawabannya:

Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak. ”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?”

”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;”

Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting.. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri) Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan. Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain. Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.

dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun