Cinta merupakan suatu kata yang memiliki banyak makna. Mungkin, jika kita menyurvei 100 orang tentang makna cinta, maka kita akan mendapatkan 100 makna yang berbeda. Namun, pada umumnya cinta merupakan suatu perasaan yang kita ungkapkan melalui perbuatan maupun perkataan lisan kita.
Seiring berkembangnya waktu, makna umum dari cinta kini mulai bergeser. Pada mulanya ungkapan cinta melalui perbuatan hanya sekedar memandangi orang yang kita sukai, atau mungkin terkadang kita tersenyum pada orang yang kita sukai. Atau mungkin yang perbuatan yang paling berani adalah mengirimi orang yang kita sukai puluhan bahkan ratusan surat cinta beramplop merah.
Selain pergeseran pada konteks perbuatan, dalam konteks ungkapan, cinta juga mengalami beragam pergeseran makna. Dulu, jika kita bisa berdialog dengan orang yang kita sukai kita pasti akan sangat senang. Namun kini, berbicara dengan orang yang kita sukai seperti tak spesial lagi. Bahkan, sekarang seseorang dapat dengan mudah mengatakan apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya kepada orang yang ia cintai.
Pergeseran makna cinta ini terjadi disebabkan oleh tingginya arus globalisasi yang terjadi belakangan ini di sekitar abad ke 21. Selain itu, penyebab utamanya adalah, ketidaksiapan orang-orang dalam menyambut era globalisasi ini. Ketidaksiapan ini menyebabkan mudahnya khalayak mengikuti apa-apa yang baru yang terjadi akibat globalisasi.
Pergeseran makna cinta yang terjadi akibat globalisasi ini berdampak sangat buruk bagi generasi pendukung atau generasi generasi muda yang ada pada suatu negara. Bagaimana tidak, pergeseran ini menciptakan ruang kejahatan dalam konteks percintaan semakin merajalela.
Sebagai contoh kecil, di negara kita Indonesia arus globalisasi sangatlah terasa, begitu pesat perkembangan trend di kalangan anak muda. Termasuk trend-trend baru dalam konteks percintaan yang notabene berasal dari negara barat. Trend-trend baru inilah yang amat sangat merusak anak-anak muda di negara kita.
Sebut saja trend yang paling mudah adalah meningkatnya pacaran. Namun, pacaran yang kini sering terjadi, adalah pacaran yang tidak sehat. Apa maksudnya? Maksudnya adalah dibalik kata “pacaran” tersebut tersimpat beribu-ribu tipu muslihat guna memuaskan hawa nafsu yang telah lama tertahan.
Dari hal kecil yang bernama pacaran ini saja, bisa terjadi ciuman, petting, oral sex, bahkan sex bebas yang akhirnya berujung aborsi atau bunuh diri dari pihak wanitanya. Bagaimana tidak, apabila sudah hamil dan sang lelaki tak mau bertanggung jawab, maka wanita hanya bisa menangis dan menanggung malu bahkan hingga nekat bunuh diri.
Penulis menulis ini bukan hanya sekedar omong kosong belaka, melainkan didasarkan pada data yang valid. Data yang dijadikan dasar penulis adalah data yang diperoleh dari www.tribunnews.com yang mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian tahun 2008 dinyatakan bahwa dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17 kota besar menunjukkan bahwa 62,7 persen tidak perawan, 21,2 persen mengaku pernah melakukan aborsi.
Hal diatas tentu amat sangat disayangkan karena makna cinta bergeser menuju arah yang jauh lebih negatif dari sebelumnya. Oleh karena itu, pada era globalisasi ini mari kita senantiasa menyiapkan diri dan pertahanan yang kuat pada beragam perubahan trend yang bisa saja terjadi secara tiba-tiba maupun perlahan-lahan. Mari kita kembalikan lagi makna cinta menjadi sebuah ketulusan tanpa mengharapkan balasan apapun, sehingga tidak perlu terjadi beragam kejahatan dalam konteks percintaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H