Mohon tunggu...
ajito timothy
ajito timothy Mohon Tunggu... Dosen - Universitas San Pedro Kupang NTT

Dosen Universitas San Pedro Kupang-NTT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat dalam Pemecahan Masalah Pendidikan

26 November 2024   12:00 Diperbarui: 26 November 2024   12:08 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan menjadi pondasi untuk mempersiapkan masa depan yang cerah. Pendidikan bisa membantu untuk membangun karakter dan kepribadian seseorang menjadi lebih baik di lingkungan masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan memainkan peran penting dalam membangun karakter dan kepribadian seseorang, terutama dalam lingkungan masyarakat. Sekolah menyediakan kurikulum terstruktur yang mendukung pembelajaran karakter, sementara guru bertindak sebagai panutan. Orang tua berfungsi sebagai pengaruh utama, dan interaksi komunitas menawarkan pengalaman sosial yang penting. Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat penting untuk menumbuhkan ciri-ciri karakter yang kuat (Cholifah & Faelasup, 2024)(S Kapatan Inda Robby & M Karmilah, 2023)(Herman et al., 2022). Pendidikan juga sebagai penentu masa depan dan kebahagiaan bagi setiap individu, dimana jika proses pembelajaran dalam pendidikan baik maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang diharapkan begitu juga sebaliknya (Putri Rahminda et al., 2023). Pendidikan begitu penting dalam kehidupan sehingga lahir sebagai jiwa dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk individu, menumbuhkan pemikiran kritis, dan memungkinkan mereka untuk berkontribusi positif kepada komunitas mereka. Pendidikan juga membuka akses kepada peluang yang lebih baik, memperluas wawasan, dan membantu individu memahami serta menghargai keragaman budaya di sekitarnya (Upadhyay, 2022)(Veronika et al., 2021). Artinya pendidikan memainkan peran penting dalam membuka akses ke peluang yang lebih baik dan memperluas wawasan individu. Ini melengkapi mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menavigasi lingkungan yang beragam dan menghargai perbedaan budaya. Filsafat merupakan hal yang penting dalam pendidikan, sebab salah satu pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah pendidikan adalah filsafat dimana filsafat memainkan peran penting dalam mengatasi kesenjangan antara masalah teoritis dan praktis (Alarcn Leiva, 2024)(Khairani et al., 2023). Hal ini karena seluruh komponen pendidikan pada hakikatnya mengandung substansi filosofis, misalnya kurikulum pendidikan. kurikulum dibuat tidak semata mata kuliah dan silabus mata kuliah tetapi bertitik tolak dari falsafah    tertentu    yang    didalamnya mengisi   substansi   metodik   dan tujuan Pendidikan(Ratnikov, 2022). Tanpa filosofi, pendidik akan kehilangan pedoman dalam merancang, melaksanakan, dan mutu pendidikan. Secara harfiah filsafat mengandung substansi filsafat dan pendidikan (Aulia et al., 2022)(Bulgakova & Dyagileva, 2023). Filsafat berasal dari kata Yunani Philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan) yang merupakan asal kata filsafat atau filsafat. Dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang menjadi model manusia. Tanpa filsafat, ilmu-ilmu lain tidak akan berkembang. Filsafat dapat berguna untuk membebaskan manusia dari kehilangan identitas, artinya membantu individu memahami dan mendefinisikan kembali identitas  yang dimemiliki sehingga memiliki tujuan dan arah yang jelas (Vavilova, 2014)(Omelchenko, 2010). Secara stereotip, filsafat dapat dilihat sebagai pemikiran reflektif kritis terhadap suatu realitas yang ada, untuk mencari kebenaran atau kebijaksanaan. Di satu sisi  pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan potensi manusia peserta didik, seperti potensi fisiknya, potensi kreatifnya, rasa dan karsanya, sehingga potensi tersebut menjadi nyata dan bekerja dalam perjalanan hidupnya.

Filsafat berpedoman pada kemampuan penalaran manusia, Kebenaran hakiki yang dicari adalah sejauh akal masuk manusia, sebagai aktivitas berpikir, Filsafat menghasilkan cara berpikir holistik dan komprehensif. Pemikiran filosofis adalah spekulatif, artinya merenungkan, merenungkan sesuatu yang dalam, tanpa harus menghubungi langsung objek pikiran (Retyunskikh, 2023). Hal ini menunjukan bahwa pemikiran filosofis memang spekulatif, karena melibatkan pemikiran tentang berpikir daripada hanya merenungkan realitas. Filsafat berusaha untuk memahami esensi keberadaan manusia dan kemampuan untuk mengevaluasi realitas, daripada hanya mempersepsikannya. Beragam Definisi Karena luasnya ruang lingkup pembahasan tentang filsafat, bukan tidak mungkin banyak filsuf yang memberikan definisi yang berbeda-beda (Keestra, 2024). Hal ini menunjukan bahwa keragaman dalam definisi muncul dari berbagai perspektif dalam filsafat, yang mencerminkan keragaman epistemologis dan ontologis. Objek material filsafat yang dipelajari adalah segalanya, sedangkan subjek materialnya adalah pencarian esensi. Oleh karena itu, berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan asal mula. Pada dasarnya filsafat adalah tentang mengkritik dan mengeksplorasi premis pemikiran yang mendasari. Proses ini tidak terbatas pada pemeriksaan keyakinan dasar dan logika tetapi meluas ke kritik yang lebih dalam terhadap ide-ide filosofis yang membentuk pemikiran dan perilaku manusia. Dari beberapa penjelasan diatas, penulis berpendapat bahwa filsafat merupakan kajian dari semua ilmu yang ada dibumi. Filsafat artinya kajian terhadap pertanyaan-pertanyaan umum sebab akibat tentang penalaran, nilai-nilai, akal budi yang bertujuan untuk memahami kosmologi kehidupan.

Filsafat dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan manusia, ditinjau dari aspek kehidupan manusia pendidikan merupakan salah satu aspek yang termasuk, karena hanya manusia yang dapat memberi dan menerima Pendidikan. Hal ini menekankan bahwa keberadaan manusia adalah pusat pendidikan, karena manusia adalah pendidik dan pembelajar. Artinya filsafat dapat memberikan solusi alternatif untuk masalah pendidikan multidimensi dengan mengeksplorasi makna hidup dalam konteks pendidikan (Ivanchuk, 2021). Pendidikan sangat memerlukan filsafat. Permasalahan pendidikan tidak hanya berkaitan dengan proses pelaksanaan pendidikan, tetapi pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia(Arizona et al., 2022). Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua, manusia mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat, maupun lingkungan. Pendidikan bagaikan lampu penerang yang berusaha menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan, dan makna kehidupan ini. Manusia sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaraan yang berusaha menggali dan mengembangkan potensi dirinya lewat metode pengajaran atau dengan cara lain yang telah diakui oleh masyarakat. Dengan demikian, maka manusia penting untuk berfilsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan.

Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Seorang calon pendidik harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang filsafat pendidikan karena hal ini akan mempengaruhi pendekatan dan praktik mereka dalam mengajar. Filsafat pendidikan memberikan kerangka kerja tentang tujuan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang mendasari pendidikan, yang pada akhirnya akan membentuk pendidik yang berkualitas. Ada sebuah kutipan yang berbunyi "Education Without Philosophy is Blind and Philosophy Without Education is Invalid" Thomas (1869). Yang artinya pendidikan tanpa filsafat adalah buta dan filsafat tanpa pendidikan itu adalah tidak valid". Hal ini menegaskan bahwa pendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena memiliki ketergantungan. Pendidikan tanpa landasan filsafat hanyalah sebuah konsep tanpa memberi dampak praktis melalui Pendidikan. Dengan demikian hubungan simbiosis ini sangat penting untuk mengembangkan sistem pendidikan komprehensif yang bermakna dan berdampak. Oleh karena itu pentingnya integrasi antara pendidikan dan filsafat. Pendidikan yang berkualitas harus memiliki landasan filsafat yang kuat, sementara itu filsafat yang tidak diterapkan dalam pendidikan akan kehilangan validitasnya. Dengan demikian pendidikan dan filsafat saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, karena filsafat memberikan refleksi kritis yang diperlukan untuk memahami dan membenarkan prinsip-prinsip yang mendasari praktik Pendidikan(Santos, 2023)(Isriyah & Lasan, 2018).

Dari berbagai literatur yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa antara filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan yang sangat erat dimana pendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena memiliki ketergantungan. Pendidikan tanpa landasan filsafat hanyalah sebuah konsep tanpa memberi dampak praktis melalui Pendidikan. Dengan demikian hubungan simbiosis ini sangat penting untuk mengembangkan sistem pendidikan komprehensif yang bermakna dan berdampak. Oleh karena itu pentingnya integrasi antara pendidikan dan filsafat. Untuk menjamin upaya pendidikan dan proses pendidikan berjalan efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan. Artinya secara keseluruhan, pemahaman tentang filsafat pendidikan sangat penting bagi seorang pendidik. Hal ini membantu mereka memahami tujuan pendidikan, memilih metode pengajaran yang tepat, dan memahami peran dan tanggung jawab mereka sebagai pendidik yang berkualitas. Pentingnya pemahaman ini juga mencakup kemampuan untuk mengevaluasi dan mengadaptasi pendekatan pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih optimal dan relevan. Dengan demikian, seorang pendidik yang memiliki pemahaman mendalam tentang filsafat pendidikan akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan merangsang, serta mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun