Mohon tunggu...
Politik

Bom Pemecah Persatuan

13 Februari 2017   05:22 Diperbarui: 13 Februari 2017   05:34 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Delapan puluh sembilan tahun yang lalu, pemuda-pemudi dari segala penjuru Indonesia berkumpul di Batavia melakukan Kongres Pemuda Kedua, dimana isinya mengakui berbangsa, berbahasa, dan bertumpah darah yang satu yaitu Indonesia. Setelah 72 tahun perjuangan berbagai suku yang bersatu,  Indonesia berhasil menyatakan kemederkaan dan kedaulatannya sebagai sebuah negara yang berdiri diatas keberagaman baik dari budaya maupun agamanya. 

Indonesia telah berdiri sebagai sebuah negara yang menjunjung tinggi keberagaman. Namun, sekarang ini ada bom waktu yang terus berdetik menunggu waktunya habis untuk meledak dan memporak-porandakan struktur dalam sebuah masyarakat, yaitu kebhinekaan dan persatuan yang telah dideklarasikan sejak 72 tahun yang lalu ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. (NKRI).

Bom waktu ini seakan sudah menampakkan dirinya siap untuk meledakkan persatuan. Kita bagaikan waktunya, semakin banyak yang terhasut, maka waktu juga akan semakin dekat. Bom seakan berdetik semakin cepat karena kepentingan beberapa elite politik, mereka mempersingkat waktu yang diperlukan dengan meniup sekeras-kerasnya hal yang bersifat sensitif mengenai agama dan memojokkan suatu kelompok ras dan agama sebagai kelompok yang bersalah. Isu SARA adalah salah satu hal yang paling mudah digunakan oleh elite politik untuk kepentingan golongan politiknya termasuk memenangkan calon yang diusung dalam bursa pemilihan kepala daerah (PILKADA) yang digelar serentak tanggal 15 Februari 2017.

Menurut buku "1000 Ultimate Experiences" karya Andrew  Bain, Indonesia adalah salah satu negara  yang penduduknya paling ramah terhadap pendatang asing, tetapi apakah kita hanya ramah kepada pendatang asing sedangkan bermusuhan dengan warga negaranya sendiri?  Jangan karena kepentingan segelintir orang kita menjadi terpecah belah, kita berdiri di tanah yang telah diperjuangkan oleh berbagai suku bukan satu suku, berbagai agama bukan satu agama. Kita tercipta karena keberagaman, bukan keseragaman. Melalui keberagaman yang Indonesia miliki baik alamnya, budaya dan tradisi sukunya, ini yang membawa Indonesia dikenal di dunia.

Pilihan saat ini ada di tangan kita, hanya kita yang dapat menentukan untuk mempersingkat bom waktu atau menjinakkannya, saya hanya dapat berharap bahwa keberagaman akan terus menjadi ciri khas yang dimiliki oleh Indonesia, sebagai sebuah kekayaan bangsa yang telah diwariskan oleh para pendiri NKRI ini agar tetap dapat kita lestarikan.

-Gerardus Adyatma Ajietikto-

Siswa SMA Kolese Kanisius

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun