Mohon tunggu...
Galang Aji Prakoso
Galang Aji Prakoso Mohon Tunggu... Teknisi - impeesa

22 yo | journalist wanna be | aircraft technician | english enthusiast | travel addict

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Liar

1 Februari 2022   22:57 Diperbarui: 1 Februari 2022   22:59 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Liar (Wild)

*Based on personal experience.  These words inspired by Wild movie 2014.

"Ya Tuhan, apa yang aku lakukan? Ya Tuhan, apa yang aku lakukan" kalimat itu berulang kali terngiang di kepalaku. Di tengah perjalanan yang menyiksa , bahu yang pasrah , dan langkah kaki kecil yang membawa raga mencari jiwanya, pikiran-pikiran liar dan kalimat-kalimat keluh kesah seakan bergantian meminta ijin kepada mulut untuk keluar dari sarangnya. Namun, mulutpun juga tidak berdaya untuk memberikan ijin karena deru nafas yang terengah-engah seperti badai taifun dengan cepat silih-berganti keluar-masuk dari hidung dan mulut tanpa memberi kesempatan pada yang lain.  "Apa yang saat ini kau lakukan jika kau tak menyiksa dirimu dengan perjalan seperti ini,  Tuan?'' tanya si maya dari dalam amigdala. "Aku ingin berbaring di sofa, menonton acara favorit, memasak makanan, dan makan dengan teman-temanku. Teman-temanku adalah sesuatu yang aku sukai. Aku suka bergurau dengan mereka, mendengarkan mereka bercerita, ternyata itu adalah hobiku yang selama ini tidak aku sadari"sang raga menjawab tanpa mulut berkata. "Sampai aku memutuskan berjalan di tanjakan curam sialan ini." Walaupun sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku melakukan ini. Bahkan aku pernah melewati yang lebih buruk dari ini.

I'd rather be a sparrow than a snail, yes I would, if I could , I surely would....

Lirik lagu dari grup band yang juga mempopulerkan sound of silence itu menjadi teman akrab sepanjang perjalanan bagi pikiran-pikiran liar yang memenuhi kepala. Beban dipundak, langkah kaki,  semua sama saja terasa berat. Yah, memang ini yang aku mau, ini yang aku cari. Aku bisa saja berhenti kapanpun aku mau, aku bisa saja kembali ke rumah. Tapi tidak! ada janji dan jarak yang harus aku tepati. Ada alasan untukku melakukan ini.

Aku tidak pernah menduga serangan panik dan gangguan kecemasan akan menghantam si amigdala kecil. Lebih tepatnya, menghantam seluruh raga hingga ke jantung dan membuatku sempat melakukan self diagnose kalau itu adalah serangan jantung, konyol memang! .Hari-hari terakhir pada Desember 2018, adalah momen yang disambut bahagia oleh orang-orang sebelum pergantian tahun. Tapi, momen itu justru menjadi momen buruk bagiku, dimana awal serangan panik dan gangguan kecemasan hadir. Rasanya seperti tidak akan ada tahun baru, tidak akan ada hari esok, esok adalah hitam dan gelap. Raga melayang lemas kehilangan kuasa atas dirinya sendiri. Pikiran lepas kendali seperti binatang liar yang menerkam mangsanya. Satu pekan penuh itu terjadi, tidak ada yang tahu aku kenapa, bahkan aku sendiri tidak tahu ini apa dan kenapa. Hal-hal buruk, bahkan hingga kematian adalah hal yang selalu terbayang di benak. Aku nyaris tidak bisa berjalan 20 meter sendirian tanpa serangan panik dan kecemasan. Akhirnya, dokter dan obat-obatan adalah keharusan. Namun, aku tidak bisa  meyakinkan diriku (sebenarnya aku tidak pernah merasa "ini adalah aku" semenjak kecemasan terjadi) bahwa obat-obatan itu adalah jalan keluarnya. Aku hanya meminumya sekali-dua kali lalu membuangnya. Kurasa itu tidak mengatasi apapun. Obat-obatan itu hanya seperti memberi jarak dengan rasa sakit. Setelah tidak dengan obat-obatan, aku lebih sering berhati-hati dalam "merasa". Panic attack mungkin masih bisa menyerang kapan saja. Lambat laun aku perlahan mengabaikan bencana itu. Meskipun waktu itu, sesekali dia masih mampir dan membuat rusuh di dalam kepala. Butuh waktu enam bulan untuk mengatasinya. Enam bulan paling aneh dan menyebalkan dalam 21 tahun ini. Enam bulan yang paling menamparku untuk bermuhasabah, mawas diri dan berhati-hati. Semua dosa seperti secara sengaja diputar kembali di dalam kepala. Memperlihatkan apa-apa yang mengiringiku dalam 21 tahun ini hingga akhirnya disimpulkan sebagai hal baik dan hal buruk. Yang ini adalah baik, boleh dilakukan lagi , dan yang itu buruk, jangan dilakukan lagi. Begitu kiranya.

Perjalanan ini masih belum berakhir. Masih ada pos-pos dan tanjakan kejam berikutnya yang menunggu. Pikiranku tidak pernah diam, kecuali jika salah satu teman pendakian menawarkan percakapan. Terlalu banyak drama memang, menjijikkan! . Tapi setidaknya, di sinilah aku sekarang. Di tempat yang aku inginkan. Di tempat yang aku percaya sebagai tempat pemulihan untuk jiwa-jiwa yang lelah, meskipun harus mengorbankan raga sebagai gantinya. Lelah yang dirasa oleh raga tidaklah seberapa. Namun jika jiwa yang lelah, segalanya jadi "apa-apa" bahkan untuk angin yang berubah knot-nya bisa kita rasakan sebagai pertanda bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi . Aku tahu, bahwa yang digambarkan oleh kecemasan ini hanya omong kosong. Kecemasan ini secara terus terang mengatakan "Haha, aku berhasil membodohimu". Namun, kecemasan itu sendiri adalah nyata. Setelah beberapa pos terlewati, hingga sampailah aku di tempat dimana aku menulis ini, alun-alun Surya Kencana. Aku merasa seperti aku telah menemukan kembali jiwaku. Setelah guncangan di kepala aku lepas-bebaskan sepanjang perjalan tadi hingga akhirnya mereka sendiri yang menyerah, aku merasa i'm cured. I found who I was in here. Hingga detik-detik aku menuliskan ini, aku tidak merasa lagi ada yang salah. Meskipun aku tidak tahu apa aku sudah benar-benar pulih. Apakah si "itu" akan mampir lagi untuk merusuh atau tidak. Aku sudah tidak menghiraukan lagi ketakutan-ketakutan yang lalu. Aku aman. Aku merasa aman di alam liar ini. Disini tidaklah se-liar apa yang ada di dalam pikiranku kala itu. Aku tersenyum pada mentari senja yang berpamitan itu. Dia seolah melambaikan tangan serta melempar senyum dari balik bukit persinggahannya.

There's no way to know what makes one thing happen.. and not another...

What leads to what.. what destroys what..

What causes what, to flourish ..or die..or take another course...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun