Mohon tunggu...
Aji Septiaji
Aji Septiaji Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Berbagi kebaikan melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulis Kreatif: Cerita Pendek

4 Januari 2012   14:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:20 4017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13256864091570569215

Oleh: Aji Septiaji

Cerpen atau cerita pendek adalah karangan prosa fiksi yang bersifat naratif atau menguraikan. Penulisnya dituntut untuk bisa mengemukakan secara runtut jalan sebuah cerita, sehingga bisa menggambarkan bagaimana kisah yang diuraikan terkonsep jelas dalam imajinasi pembaca serta bisa mengalami benar peristiwa dalam kisah tersebut. Posisi cerpen boleh dibilang berada di tengah-tengah jenis karya sastra lain, sebelum novel dan sesudah puisi. Antara puisi, cerpen, dan novel serupa tapi tak sama. Serupa jenis karya fiksi, memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Namun tak sama dalam mengelola teknik dan metode penulisan. Namun, mengenai teknik dan metode penulisannya Mochtar Lubis (1981) mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Teknik Mengarang bahwa panjang pendeknya sebuah cerita tidak menjadi ukuran apakah sesuatu cerita termasuk golongan cerita pendek atau tidak. Ada cerita pendek yang terdiri dari 500 perkataan tetapi ada juga yang terdiri sampai 40.000 perkataan.

Sastra memang unik dan beragam, apalagi macam-macam karyanya. Keharmonisasian kata, kalimat, serta makna tersaji didalamnya, karena itulah sebagian pembaca terutama mahasiswa menggemari karya fiksi ketimbang nonfiksi. Meskipun fiksi bersifat khayalan namun tetap punya makna, bisa memperkaya wawasan serta melatih intuisi pembaca. Tengoklah para sastrawan kita yang telah menghasilkan sejumlah karya emasnya, baik pada zaman dulu maupun sekarang. Karya-karya mereka sangatlah pantas menjadi acuan bagi siapa saja yang ingin belajar kesusastraan, terutama cerpen. Sebelum mereka menjadi sastrawan hebat pun tentu mereka juga belajar, belajar bagaimana menulis karya sastra yang baik dan benar. Bagi siapa saja yang ingin mendalami dan menghasilkan karya sastra mereka harus belajar tanpa berhenti. Bagi penulis cerpen terutama pemula terlebih dahulu harus memahami karakteristik apa saja yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen. Berikut akan dipaparkan beberapa karakteristik yang tergabung dalam cerpen. Unsur Intrinsik Unsur yang terdapat di dalam tubuh cerpen ini berfungsi membentuk keutuhan sebuah cerita. Pada umumnya setiap karya sastra seperti: puisi, cerpen, novel, drama memiliki unsur tersebut. Tema, latar, alur, sudut pandang, penokohan, serta amanat merupakan bagian dari unsur intrinsik. Tanpa unsur tersebut sebuah isi cerita tidak akan utuh, cenderung gelap dan hampa. Tema Tema adalah jiwa dari sebuah tulisan. Tanpanya tulisan akan mati. Bayangkan saja jika tulisan tanpa tema, tentu akan berantakan, rancu, dan tak bermakna. Manusia memiliki jiwa dan raga, ketika keduanya bersatu akan terbentuk sosok yang menakjubkan. Begitu pun sebuah tulisan, jika keduanya menyatu dalam satuan yang kompleks tulisan yang telah di buat akan berkualitas, sarat makna, dan mampu menyihir pembaca. Sering kali ketika membuat tema hanya terpaku pada satu kata yaitu: tema keagamaan, tema budaya, pendidikan, ekonomi, sosial, dll. Demi membentuk cerita yang sederhana namun berkualitas carilah tema yang bisa mempermudah rangkaian cerita. Alangkah baiknya jika sebuah tema berupa kalimat, misalnya: 1.      Setiap perbuatan pasti mendapat balasannya, baik maupun buruk. 2.      Cinta, kasih, dan sayang seorang Ibu sepanjang masa. 3.      Misteri bencana di balik Gunung Merapi. Dengan menentukan tema berupa kalimat sebuah cerita tidak akan terlalu sulit ketika akan diuraikan. Satu kalimat bisa lebih mendukung daripada satu kata. Latar Latar atau setting adalah keadaan yang menceritakan inti cerita, latar bisa mencakup tempat, situasi, dan waktu. Adanya latar bisa membangkitkan kejadian suatu cerita yang akan diuraikan. Pembaca pun bisa merasakan di mana tempat ceritanya, bagaimana situasinya, serta kapan waktu kejadian tersebut. Misalnya jika kita membuat cerpen bertemakan seorang nelayan yang mencari ikan. Latar yang perlu dimunculkan ialah: -          Tempat: pantai, laut, dll -          Situasi: musim hujan, badai, cuaca tidak bersahabat, dll -          Waktu: pagi hari, sore hari, malam hari, dll Setelah latar ditentukan barulah penulis menyusun/merangkai cerita yang bisa dialami oleh pembaca. Alur Alur ialah pergerakan dari sebuah cerita. Cerita yang bertujuan memiliki alur. Jika kita sering membaca cerita, didalamnya terdapat pergerakan yang menunjukkan cerita itu berjalan dan hidup. Setiap cerita biasanya dapat dibagi atas lima bagian: 1.      Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan), 2.      Generating circumstances (peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak), 3.      Rising action (keadaan mulai memuncak), 4.      Climax (peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya), 5.      Denouement (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa) (Tarigan, 2008:156). Selain bagian alur di atas, ada juga alur lainnya yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Ketiga alur ini bisa mempermudah dalam merangkai jalan cerita. Alur maju ialah pergerakan cerita yang bersifat menatap ke depan atau futuristik. Penulis yang menggunakan alur ini biasanya mengawali cerita dari awal kejadian. Misalnya cerpen yang mengisahkan seorang anak manusia yang sukses. Penulis menceritakannya dari ia lahir, mulai dari seorang bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, bahkan hingga meninggal. Berbeda dengan alur mundur yaitu pergerakan cerita yang bersifat menatap kebelakang, kejadian masa lalu yang kembali terungkap. Penulis biasanya mengawali cerita dari akhir ketika menuju klimaks, dari sana lah terdapat celah untuk memunculkan kejadian masa lalu. Sedangkan alur campuran ialah pergerakan cerita yang menggabungkan antara alur maju dan mundur. Dari alur ini cerita yang ditampilkan begitu kompleks. Penulis bisa mengawali ceritanya dari awal atau akhir, kejadian masa lalu pun bisa dimunculkan kapan saja asalkan sesuai dengan rangkaian cerita. Sudut Pandangan Sudut pandangan ialah posisi pengarang dalam isi cerita. Sudut pandangan bisa mempertegas jalan cerita dalam cerpen. Sudut pandangan ini ada berbagai ragam; yang terpenting diantaranya adalah: 1)      Sudut pandangan yang berpusat pada orang pertama (first person central point of view). 2)      Sudut pandangan yang berkisar sekeliling orang pertama (first person peripheral point of view). 3)      Sudut pandangan yang ketiga terbatas (limited third person point of view). 4)      Sudut pandangan orang ketiga yang serba tahu (third person point of view). (Laverty [et al], 1971:337-8); Tarigan, 2008:137). 1)      Sudut pandangan ini penulis berperan sebagai aku/saya. Seakan-akan menjadi tokoh utama dalam cerpen yang dibuatnya. 2)      Sudut pandangan ini penulis berperan sebagai aku/saya, namun posisinya berada di luar sekeliling orang pertama bukan sebagai tokoh utama. Menceritakan perjalanan hidup orang lain. 3)      Sudut pandangan ini penulis tidak menggunakan kata aku/saya dalam cerita. Penulis memainkan orang-orang disekeliling orang pertama, bisa juga menggunakan kata mereka. Sudut pandangan ini bisa membangkitkan tokoh orang pertama. 4)      Sedangkan sudut pandangan ini masih sama yaitu tidak menggunakan kata aku/saya. Hadirnya orang ketiga serba tahu bisa memberikan kesempatan kepada pengarang untuk mengetahui segala sesuatu mengenai kondisi tokoh-tokohnya. Dengan demikian sudut pandangan memberikan pencitraan kepada pembaca, siapa saja dan sebagai apa tokoh yang berperan ada dalam cerpen tersebut. Penokohan Penokohan adalah orang-orang yang berperan mengisi kekosongan dalam sebuah cerita. Penokohan ini dikategorikan berdasarkan karakteristik. Secara umum kita mengenal adanya dua tokoh yaitu tokoh antagonis dan protagonis. Antagonis yaitu tokoh pembawa unsur unsur negatif, tokoh ini bisa dikatakan sebagai pemicu konflik sehingga cerita yang disajikan terasa menegangkan bagi pembaca. Sedangkan protagonis ialah tokoh pembawa unsur positif yang sering dikagumi oleh pembaca, karena sifatnya yang baik ia bisa dikatakan sebagai pahlawan kebaikan. Selain itu ada tokoh yang lain yaitu tokoh netral. Tokoh ini berada di jalan tengah bisa dikatakan sebagai jembatan pendamai antara tokoh antagonis dan protagonis ketika konflik memuncak. Hadirnya penokohan memang berperan penting demi terciptanya cerita yang sarat emosi sehingga bisa menghidupkan rangkaian cerpen Amanat Amanat ialah pesan-pesan sarat makna yang disampaikan penulis melalui bahasa tulisnya. Cerpen dinilai tepat dalam menyampaikan amanat. Melalui tuturan kisah yang diungkapnya cerpen memiliki cakupan cukup luas dalam penempatan amanat meskipun tak sekompleks karya sesudahnya yaitu novel dan drama. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik ialah unsur yang berada di luar cerpen. Karya sastra lainnya berupa puisi, novel, drama pun memiliki unsur yang sama. Unsur ini bisa membangun keutuhan suatu karya sastra karena didalamnya berupa nilai-nilai yang bisa mewarnai dan menjiwai karya sastra yang dihasilkannya. Berikut adalah beberapa nilai yang tergabung dalam unsur ekstrinsik: -          Nilai adat istiadat: Nilai ini bersifat tradisi atau kebiasaan yang terjadi di masyarakat tertentu yang tercermin dalam cerpen. -          Nilai keagamaan: Nilai ini bersifat sakral, permasalahan terhadap keyakinan yang bisa tergambar dalam cerpen. -          Nilai biografi pengarang: Nilai ini menguraikan secara singkat riwayat hidup pengarang cerpen. Berdasarkan Pengalaman Setelah memahami berbagai macam unsur cerpen, sekarang saatnya bagaimana mengambil dan menerapkan kisah dalam cerpen. Hal ini berkaitan erat juga dengan menggali inspirasi dalam menuliskan atau menyusun cerpen, yaitu berdasarkan pengalaman. Pada umumnya berdasarkan pengalaman tersebut ada dua, berdasarkan pengalaman pribadi dan berdasarkan pengalaman orang lain. Cara yang paling mudah dalam menggali inspirasi untuk mendapatkan jalan cerita ialah berdasarkan pengalaman pribadi. Dalam penulisannya pun kita bisa menggunakan kata aku/saya karena yang ada dalam inti cerita adalah pengalaman seorang penulis. Apa yang dirasakan dan dialaminya bisa dituangkan ke dalam cerpen. Namun ketika seorang penulis mendapat kebuntuan dalam menggali ide untuk menentukan kisah mana yang akan di ambil, penulis bisa menemukannya berdasarkan pengalaman orang lain. Orang-orang disekeliling kita bisa menjadi inspirasi dalam menyusun sebuah cerita. Keluarga, teman, merupakan cara yang ampuh ketika terjadi kebuntuan menuangkan ide. Pengalaman yang di dapat bisa berupa pengalaman hidupnya atau pun hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan orang lain. Memulainya Dengan Membaca Menuliskan apa saja yang dirasakan dan alami dalam hidup entah itu permasalahan pribadi ataupun orang lain kemudian menuangkan ke dalam tulisan berupa cerpen memang tak begitu sulit. Apa yang di tulis akan mengalir begitu saja sesuai dengan kejadian sebenarnya. Namun tulisan yang di buat tersebut akan berkualitas, bermakna, dan punya daya tarik bagi pembaca atau tidak? Semua tergantung pada kejelian penulis meramu suatu cerita. Merangkai kisah nyata ke dalam cerpen yang berbobot membutuhkan suatu proses yaitu proses mencari. Makna mencari memang begitu luas. Keluasan tersebut bisa kita peroleh dengan cara sederhana namun berkualitas yaitu membaca. Membaca karya-karya orang lain serta membaca situasi atau peristiwa yang terjadi disekeliling hidup kita merupakan jalan terbaik mencari inspirasi menulis cerpen. Hal yang paling berpengaruh bagi penulisan cerpen ialah dengan membaca terlebih dahulu karya sastra dari sastrawan. Karyanya yang begitu kuat serta bernyawa merupakan cara yang ampuh untuk dijadikan panutan dalam membuat suatu karya tulis. Sebut saja I Gusti Ngurah Putu Wijaya atau Putu Wijaya, seorang sastrawan asal Pulau Dewata, Bali ini telah menghasilkan sejumlah karya sastra yang tak bisa dihitung oleh jari. Karyanya yang begitu hebat bisa memberi warna baru bagi dunia kesusastraan. Ia telah menulis kurang lebih 1070 karya sastra, diantaranya 30 novel, 40 naskah drama, dan 1000 cerita pendek. Ia juga mampu menulis cerita sebanyak 30 halaman dalam satu hari. Karya-karya dari sastrawan bisa menjadi pembangkit semangat dalam bergiat dikesusastraan. Menulis membutuhkan proses, dan proses tersebut tergantung bagaimana kita dalam mengelolanya. Mulailah menulis dari sekarang, awali dari pengalaman sendiri dan menulislah dengan penuh emosi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun