Mohon tunggu...
aji sasongko
aji sasongko Mohon Tunggu... -

pemerhati isu-isu politik, demokrasi, dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kejayaan Indonesia Tahun 2014

3 Maret 2010   06:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:38 3060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sebuah analisisnya pertengahan tahun lalu, salah satu bank investasi terbesar di dunia, Morgan Stanley, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi besar mencapai 7 persen dimulai pada tahun 2011. Posisi Indonesia akan sejajar dengan negara-negara yang perekonomiannya tengah melejit, yaitu Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC). Dengan masuknya Indonesia, maka singkatan BRIC berubah menjadi BRICI.

Indonesia sebagai perekonomian terbesar di Asia Tenggara berpotensi tumbuh 60 persen dalam lima tahun mendatang menjadi USD800 miliar. Potensi ini terlihat dari stabilnya pemerintahan semenjak dipegang SBY lima tahun silam, murahnya biaya modal, dan rencana pemerintah untuk membelanjakan USD34 miliar untuk membangun jalanan, pelabuhan, dan pembangkit listrik pada 2017.

Adanya pertumbuhan itu nyata adanya. Pada tahun lalu, ekonomi Indonesia merupakan sedikit di antara negara yang berhasil tumbuh, pascaterpaan krisis ekonomi dunia yang dipicu kredit macet perumahan (subprime mortgage) di Amerika Serikat. Seperti diketahui, ekonomi Indonesia berhasil tumbuh 4,5 persen pada tahun lalu, lebih besar dibandingkan target 4,3 persen.

Stabilitas politik dan meningkatnya permintaan domestik akan mendorong berkembangnya ekonomi Indonesia. Saat ini keberadaan Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata oleh komunitas investor dari negara-negara maju, karena banyaknya potensi keuntungan yang bisa didapat. Misalkan saja kemarin, Selasa (2/3), Duta Besar Swiss untuk RI, Heinz Walker Nederkoorn, menyatakan pemerintahannya menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan utama investasi 2010.

Ini semua tentu tidak lepas dari prestasi ekonomi yang dicapai pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di kancah global, Indonesia merupakan salah satu negara anggota G20, yang merupakan kumpulan negara-negara dengan perekonomian maju. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berada dalam forum ekonomi terbesar itu.

Saat membuka Rakernas IV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Selasa kemarin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yakin Indonesia mampu mencapai era peluang emas (golden opportunity) dalam 5 tahun ke depan, seperti yang diperkirakan oleh kalangan internasional. Pada tahun 2014, APBN negeri ini diperkirakan bakal melampaui Rp2.000 triliun, atau naik dua kali lipat dibandingkan saat ini.

Dalam pandangan SBY, pencapaian tersebut sangat mungkin terjadi karena adanya prakondisi yang baik yang telah tercipta. Salah satu contoh adalah negeri ini berhasil lolos dari cengkeraman krisis ekonomi global yang menghancurkan perekonomian banyak negara.

Kekuatan Utama Dunia

Dalam sebuah seminar yang digelar di Jakarta, Maret 2008, Aymeric Chauprade, profesor pada College Interarmees de Defense, Prancis, mengatakan Indonesia bakal menjadi salah satu kekuatan utama dunia. Indonesia berpotensi sejajar dengan Rusia dan China sebagai penyeimbang percaturan politik dunia. Kehadiran Indonesia dapat mencegah terjadinya bipolarisasi yang sangat mungkin terjadi akibat pertentangan antara Amerika Serikat dan China.

Seperti diketahui, saat ini China dianggap menjadi ancaman serius bagi Amerika Serikat. Negeri Tirai Bambu terus memperkuat kemampuan militernya dengan membeli perlengkapan senjata dari Rusia. China juga mengembangkan pesawat tempur dan misil serta membangun militer berteknologi tinggi. Negeri yang dikuasai Partai Komunis China itu juga tengah mempertimbangkan membangun kapal induk yang bisa mengangkut pesawat tempur.

Menurut Chauprade, yang penulis kutip dari makalahnya, Indonesia dalam segi apapun memiliki semua yang dibutuhkan untuk mengembangkan politik penyeimbangan dalam dunia internasional. Chauprade menganalisis, keseimbangan besar di masa depan akan amat bergantung kepada hubungan antara Barat, Islam, dan China. Di sinilah Indonesia memiliki hubungan dengan setiap aktor tadi, yang bukan merupakan sekadar hasil dari fakta geografi yang dimilikinya namun juga dari identitas dalam negerinya dan politik luar negerinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun