Mohon tunggu...
aji sasongko
aji sasongko Mohon Tunggu... -

pemerhati isu-isu politik, demokrasi, dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Terserah Ibu Ketua, Kata Jokowi

7 April 2014   22:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bayangkan Jokowi jadi presiden. Pers akan sering bertanya kepada dia tentag berbagai kebijakan pemerintah. Tetapi seperti biasa, Jokowi akan menjawab: “Terserah Ibu, terserah Ketua Umum”.

Itulah yang ada di benak saya. Jokowi adalah seorang Jawa. Kemunculannya di panggung nasional adalah berkat jasa sejumlah orang. Sebut saja Jusuf Kalla, Sofjan Wanandi, juga Prabowo Subianto. Ketiga nama itu adalah yang mendorong, bahkan mendanai, pencalonan Jokowi pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012 silam. Ketiga nama itu pula yang meyakinkan Megawati untuk memberi restu.

Ya. Meski didorong tiga nama itu, Megawati tetaplah kunci. Meski Taufiq Kiemas menolak, tetap saja Mega yang ambil keputusan. Bahkan, sebagaimana pernah dimuat di sebuah majalah mingguan nasional, Megawati sempat ngambek dan tinggal di Bali selama tiga pekan saat berselisih dengan Taufiq Kiemas soal Jokowi.

Singkat cerita, Jokowi pun jadi gubernur. Dia didampingi Basuki T Purnama. Puja-puji menyeruak di mana-mana, meski dia tinggalkan Solo tanpa prestasi yang berarti. Jokowi masih meninggalkan Solo dalam banyak masalah. Beruntung, hadirnya mobil Esemka membuat namanya moncer cepat. Publik menilai Esemka sebagai prestasi Jokowi yang akan membangkitkan industri nasional. Jokowi dianggap sebagai pahlawan. Meski nyatanya, Esemka tak lebih dari mobil yang dirakit dari komponen berbagai merek mobil. Esemka bukan mobil karya anak bangsa.

Jokowi pun berkomitmen akan menunaikan tanggung jawab sebagai gubernur selama lima tahun. “Jokowi dan Basuki komit untuk memperbaiki DKI dalam 5 tahun," kata Jokowi. Nyatanya, janji itu diingkarinya.

Sebagai petugas partai, sebagaimana Megawati menyebut Jokowi, tentu ia harus patuh. Padahal sebelumnya Jokowi selalu bilang “Gak mikir” atau “Ngapain mikir copras capres. Mikir macet saja sudah pusing”.

Namun lama-lama dia tergoda juga. Ucapannya berubah menjadi “Terserah Ibu”. “Terserah Ketua Umum”.

Inilah tipe pemimpin yang tidak bisa memegang janjinya. Jokowi juga model pemimpin yang tidak berpendirian. Apakah kepada pemimpin semacam ini kita akan menaruh harapan? Terserah Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun