Mohon tunggu...
aji sasongko
aji sasongko Mohon Tunggu... -

pemerhati isu-isu politik, demokrasi, dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Kita Perlu Ragukan Jokowi?

27 April 2014   18:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kapasitas calon presiden yang diusung PDI Perjuangan Joko Widodo diragukan. Jokowi belum layak memimpin bangsa Indonesia.

Level kepemimpinan Jokowi masih jauh berada di bawah Presiden SBY. Kemampuan paling mencolok yang membedakan keduanya adalah dalam kapasitas merangkul mitra koalisi. Kemampuan Jokowi sebagai power breaker dan deal maker diragukan. Dia bahkan belum satu level dengan Aburizal Bakrie atau Megawati.

Buktinya, hingga hari ini saja Jokowi masih kesulitan meyakinkan calon-calon mitra koalisinya. Apalagi untuk memastikan siapa cawapres yang akan mendampingi.

Banyak kalangan mengkhawatirkan kemacetan pembangunan jika kapasitas pemimpin berikutnya jauh di bawah SBY. Kemajuan Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak bisa dilepaskan dari faktor SBY. Keberadaan SBY membuat negeri ini stabil dari gejolak apapun. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi tinggi dapat terus dicapai.

Jangan lupa. Ekonomi Indonesia terus tumbuh dalam 10 tahun terakhir. Bahkan di saat krisis sekalipun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah krisis moneter mengalami peningkatan. Indonesia pun mampu bangkit dan bisa berpengaruh di Asia Tenggara. Hal tersebut ditunjukkan antara lain dari produk domestik bruto Indonesia yang mencapai 30 persen dari jumlah keselurahan negara ASEAN. Selain itu Indonesia merupakan negara satu-satunya yang mewakili ASEAN di G20.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari stabilitas politik Indonesia. Kondisi ini membuat perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun semakin membaik. Akselarasi pembangunan Indonesia membuat Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat di Triwulan I 2014.

SBY adalah “the Tinking General”. Elemen interpersonalnya sangat memperhatikan banyak aspek. Pemimpin yang sangat akomodatif dan mempertimbangkan konsensus. Semua capres yang maju sekarang tidak ada yang memiliki nilai di atas SBY.

Lebih jauh dari itu, hubungan eksekutif dan legislatif akan banyak diwarnai ketegangan. Pasalnya, polarisasi kekuatan parpol sangat terbuka. Figur capres sekarang pasti sangat kesulitan untuk dapat merangkul semua pihak.

Untuk itulah kita perlu hati-hati dalam menjatuhkan dukungan kita. Termasuk kepada Jokowi. Pantaslah jika kita meragukan kemampuannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun