Mohon tunggu...
Aji
Aji Mohon Tunggu... Penulis - Cuma Manusia

Rakyat saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Titik

2 Maret 2021   21:05 Diperbarui: 2 Maret 2021   21:11 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembaran kertas tertaut rimbanya puluhan aksara. Terlintas sama, tertata rapi dan bersekat. Setiap lembaran demi lembaran berporos hal yang sama pada bab sebelumnya pula. Layaknya buku cerita sungguhhan, kertas  ini mengandung diksi  bagaikan tali benang ruwit untuk menjadikan seni.

Ada satu diksi yang mengubahnya menjadi intuisi yang menarik. Hal itu terletak pada bagian gambar matahari. Matahari yang menyinari semesta jagad raya walaupun ada mendung yang belum tentu hujan. Belajar dari matahari yang bilamana ia selalu menyinari pada waktunya. kebalikan awan mendung yang hanya mendung belum tentu hujan pula.

Buku baru dibuat dengan langkah menginjak konspirasi alam meskipun dibayangi mendung namun matahari tetap menyinari. Garis waktu membuatnya untuk selalu mengambil kesempatan walaupun senja hanya sesaat. Lembaran Buku  baru akan menemui titik temu. mulai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun