Setiap guru adalah aset yang dimiliki disekolah masing-masing, akan ada satu kelebihan darinya diantara banyaknya kelemahan. Malah ketika dia mencoba menampakkan seribu kelemahan, tetap saja kekuatan akan sekali-kali mendorongnya untuk membuka diri dan berdampak ke masyarakat sekolah.Toxic adalah racun, tidak layak menjadi panutan karena dapat menghancurkan. Ciri paling dominan adalah suka memberi tugas, suka menghukum, pemarah, tidak peduli dengan kesulitan orang lain, Â pilih kasih, susah menerima hal baru dan masih banyak hal negatif lainnya, menjatuhkan nama kita di depan banyak orang, membuat hidup kita tertekan, hingga membuat perasaan kita selalu sedih.
Kekuatan dan toxic bukan layaknya air dan minyak yang sama sekali tidak bisa tercampur. Namun, toxic bisa diminimalisir sekiranya kita berkeinginan.Tekat untuk terus mempelajari hal-hal yang baru akan menjadi obat paling mujarab untuk menyembuhkan toxic ini. Kita tidak menutup diri terhadap inovasi yang terus berkembang.
Sadarlah, bahwa dalam diri kita ada sebuah kekuatan yang bisa dijadikan sebagai penawar racun itu. Bahkan gigi yang tersusun rapi dalam mulut memiliki peran masing-masing, bukan berarti gigi depan yang tugasnya memohon maka tidak akan bisa mengunyah, tapi perannya tidak maksimal jika gigi depan akan diperintahkan untuk mengunyah dan menghancurkan makanan.
So, don't be toxic teacher.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H