Mohon tunggu...
Ajirni
Ajirni Mohon Tunggu... Guru - Guru Produktif ATPH

Saya Ajirni, saat ini aktif mengajar di SMK Negeri 1 Simpang Mamplam Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Saya mengajar mata pelajaran produktif untuk kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. saya ingin terus mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai pelatihan yang dapat membantu saya dapat menerapkan ilmu tersebut untuk mengajar lebih aktif, kreatif dan inovatif sehingga terlaksana pembelajaran yang berpusat kepada murid.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saat Ketakutan Membunuh Karakter

4 Maret 2023   16:16 Diperbarui: 4 Maret 2023   16:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang guru kita memiliki tugas untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan murid untuk berkembang sesuai potensi, minat dan bakatnya. sehingga ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensinya untuk bisa melakukan hal-hal tersebut, baik dengan terus mengikuti berbagai pelatihan dan berbagai program dari pemerintah. sehingga guru punya bekal untuk mengajar dengan berbagai metode yang menuntut siswa lebih aktif, kreatif, mandiri, berkolaborasi dan sebagainya dalam proses pembelajaran. 

Berangkat dari itu semua, saya melihat fakta dilapangan bahwa ketika guru berupaya untuk melaksanakan pembelajaran yang disebut pembelajaran berpusat pada siswa,ada bebarapa siswa malah enggan kesekolah. Wali kelas juga bukan orang yang lepas tanggung jawab, mereka telah mengambil peran dengan berbagai posisi kontrolnya, mulai dari menjadi penghukum, teman, pengontrol dan malah sampai menjadi manajer dalam mendekatinya. 

Memang,  siswa akan nyaman belajar kalau semua kebutuhannya bisa terpenuhi. sehingga guru apalagi wali kelas tidak henti-hentinya menghubungi, mengayomi, mengarahkan, mendengarkan, menghubungi orang tua/wali, cek absensi, membujuk rayu dan sebagainya supaya siswa tetap hadir kesekolah. ternyata, usaha yang katanya tidak mengkhianati hasil itu seolah-olah tidak berlaku, beberapa siswa tetap pada pendiriannya. Malam bergadang, paginya ketiduran, orang tua menggunakan berbagai jurus untuk membangunkan alhasil mereka masih tetap enggan kesekolah.

Bulan berganti, dilihat dari segi kehadiran kesekolah hanya tercapai 16-40%. miris memang,, siswa tidak pernah datang kesekolah bisa diikutkan ujian akhir sekolah, ujian kompetensi kejuruan dan ujian-ujian lainnya untuk menentukan kelulusan. disaat inilah guru yang tugasnya membimbing berubah menjadi penyulap yang paling handal entah kapan diamalkan. rapor siswa yang awalnya merah pekat luntur menjadi hitam. kenapa harus seperti itu? apakah kita takut dengan mereka? takut jika siswa tidak lulus 100%?, takut jika nanti siswa berkurang? takut jika anak-anak SMP/MTs sederajat tidak mau mendaftar kesekolah?? ..

yakin saja bahwa di sekolah-sekolah yang sekarang maju, mereka bukan langsung besar ketika awal mula berdiri, mereka berproses juga, tapi saya yakin mereka bergelut dalam menegakkan kedisiplinan, siswa yang hanya satu lima hari hadir kesekolah setiap bulannya pasti akan ditinggalkan, karena jika dispensasi diberikan itu pasti akan berdampak kepada siswa yang rajin dan giat belajar. mudah bagi mereka yang awalnya rajin sekolah untuk mengikuti jejak kawan yang malas itu, untuk apa sekolah kawannya yang tidak  sekolah pun bisa naik kelas, bisa ikut ujian, bisa lulus...secara tidak langsung kita telah membunuh karakter siswa dengan membiarkan mereka yang malas dan sama sekali tidak disiplin dibiarkan naik kelas atau lulus sekolah.

Edisi Guru Curhat...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun