Mohon tunggu...
Muhajir Suardi
Muhajir Suardi Mohon Tunggu... Freelancer - Jambi, Indonesia

Simpatisan Kreativitas

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Berkesenian Sepanjang Hidup

10 April 2019   20:52 Diperbarui: 21 April 2019   22:06 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sudah bukan rahasia lagi kalau anak kecil punya banyak imajinasi tentang apapun di dunia ini. Hakikatnya mungkin begitu, hanya saja lingkungan dan orang sekitar yang sering jadi pembatas akan berbagai pertanyaan dan rasa penasaran.

Padahal dengan imajinasi dan kreativitas, jika konsisten diasah, pasti akan memberikan dampak baik kedepannya.

Untuk itu pula, anak kecil sering dinilai memilik bekal kreativitas tinggi dan jiwa seni murni. Sejalan dengan itu, Pablo Picasso, seniman terkenal di dunia pernah bilang, "Semua anak-anak adalah seniman. Masalahnya sekarang ialah bagaimana untuk tetap menjadi seniman setelah menjadi dewasa."

Ini artinya anak kecil selalu punya masalah serius dalam mempertahankan kreativitas dan jiwa seninya saat beranjak dewasa. Masalah itu bisa datang dari orangtua ataupun lingkungannya. Memang tiap-tiap anak pasti berbeda kasusnya.

Seperti anak kecil pada umumnya, saya juga tumbuh dengan banyak bermain, melakukan kegiatan seru dan menarik. Walaupun kenyataannya mungkin ada kegiatan yang tak ada manfaatnya sama sekali. Semuanya dilakukan tujuannya hanya bermain dan bersenang-senang saja, asalkan perasaan jadi bahagia. Bahkan untuk hal-hal yang membahayakan sekalipun. Jika sudah begitu, adapun pemakluman yang biasa diucapkan orangtua, "Ya namanya juga anak-anak!" Katanya.

Seiring waktu, dimulai saat masih anak-anak, remaja, dan beranjak dewasa. Saya merasa kalau saya cukup tertarik dengan seni. Baik itu seni rupa yang visualisasi corak, media, dan warnanya memanjakan mata. Seni musik yang hadir di sekitar kehidupan saya dengan bermacam jenis dan karakter. Hingga bentuk seni kontemporer dengan segala ide terbarukannya.

Dalam setiap proses yang berjalan itulah, dalam hati saya muncul seberkas harapan kecil untuk bisa terus menggiati aktivitas berkesenian sesekali waktu, demi menjaga keseimbangan hidup. Dan agar terus menjaga kewarasan dalam berpikir dan berinteraksi dengan orang lain juga lingkungan.

2019-04-08-10-51-00-1-1554945003446-5cae94a4a8bc15695b4c5a32.jpg
2019-04-08-10-51-00-1-1554945003446-5cae94a4a8bc15695b4c5a32.jpg
Seni memang punya banyak definisi dan manfaat bagi masing-masing orang. Tapi yang pasti kita bisa sama-sama sepakat bahwa berkesenian itu berbudaya. Yang artinya dengan berkesenian kita sudah turut menghidupkan budaya. Baik budaya berkreasi, berekspresi, dan memaknai sebuah nilai yang sejatinya luhur.

Bila cukup memungkinkan, jika dalam perkembangannya kegiatan berkesenian tak mengganggu kegiatan utama yang memang sebuah kewajiban. Sepertinya berkesenian setiap waktu pun tak ada salahnya dilakukan. Apalagi jika itu bisa dijadikan suatu kegiatan yang menghasilkan dan bermanfaat lebih. Terlebih lagi untuk bisa bertahan hidup, kenapa tidak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun