Memang wajar kalau pemerintah mengalami defisit APBN, negara ini "Besar Pasak Daripada Tiang," antara penerimaan negara dengan belanja negara tidak seimbang. Lihat saja gaya hidup dan fasilitas pejabat negara kita, kalau melihat dari performa mereka, maka wajar pula kalau dibilang terlihat seperti negara ini kaya raya, padahal pada kenyataannya untuk membiayai itu semua, negara terus menambah hutangnya.
Berkali-kali Presiden menghimbau agar pejabat negara melakukan penghematan anggaran, tapi pada kenyataannya Presiden SBY sendiri kebablasan. Untuk biaya rapatnya saja Presiden SBY menghabiskan anggaran lebih dari 24 milyar dalam setahun. Seperti yang diberitakan oleh Kompas.com (18/4/2012),
Menurut Deputi Administrasi Sekretariat Kabinet Djadmiko, Istana Kepresidenan mengajukan anggaran pada awalnya 30,1 milyar, namun anggaran yang disetujui untuk kepentingan istana Kepresiden sekitar 24,7 milyar. Tentunya anggaran tersebut tergolong sangat besar, dan wajar saja menjadi sorotan media, terlebih lagi pemborosan ini sangat bertentangan dengan himbauan Presiden SBY sendiri.
Lebih jauh Jatmiko menjelaskan, seperti yang saya kutip dari Kompas.com. dari Rp 24,7 miliar itu, sebesar Rp 22,1 miliar digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan operasional Kedeputian Bidang Persidangan Sekretariat Kabinet untuk mendukung penyelenggaraan sidang-sidang kabinet paripurna, sidang kabinet terbatas, rapat kabinet terbatas, rapat kerja pemerintah, retreat (rapat besar), kuliah kepresidenan, dan berbagai pertemuan lainnya yang dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden. Adapun Rp 2,6 miliar sisanya digunakan untuk membiayai kegiatan non-operasional kedeputian.
Kalau melihat penjelasan diatas, Sekretariat kabinet perlu melakukan efisiensi kegiatan keprisidenan, mengatur dan mengurangi kegiatan yang tidak terlalu efektif, demi untuk meng-efisienkan anggaran kegiatan Istana Kepresidenan, juga melakukan penyederhanaan alokasi dana. Belum lagi kegiatan Staf Khusus Presiden yang anggarannya terbilang cukup fantastis, yakni sekitar 27 milyar (kalau tidak salah).
Anggaran-anggaran tersebut tentunya akan menjadi beban APBN, jadi wajar saja kalau APBN terus membengkak, sementara penerimaan negara tidak bertambah. Dimana letak penghematannya kalau melihat pengalokasian dana untuk kegiatan dilingkungan kepresidenan, sementara Presiden SBY menghimbau agar para eksekutif dan pejabat pemerintahan lainnya melakukan penghematan anggaran. Tidak satunya kata dan perbuatan seperti inilah yang membuat Presiden SBY dianggap tidak pernah konsisten.
Lebih lengakapnya baca ini :
http://m.kompas.com/news/read/2012/04/18/1444061/Ini.Rincian.Rp.24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H