Karena tidak senangnya dia pada Kepemimpinan Raja Idrus I, yang dianggapnya sebagai Boneka Kolonial Erofa barat, korup dan mengabdikan diri pada kolonial, maka Moammar khadafy menggulingkan Raja Idrus I di tahun 1969. Saat itu usianya barulah 27 tahun, untuk ukuran seorang pejuang dan pemimpin perjuangan rakyat, usia sedemikian itu terbilang relatif sangat muda, itulah salah satu luar biasanya Khadafy.
Pada saat menggulingkan pemerintahan Raja Idrus I, khadafi menyandang pangkat Kapten Angkatan Darat, namun setelah melakukan kudeta pangkatnya naik menjadi Kolonel hingga akhir hayatnya. Sejak itulah pula Libya berubah menjadi republik dan Dewan Komando Revolusi membawahkan pemerintahan, dan itu menjadi awalnya Khadafi menjadi penguasa libya.
Dalam usia semuda itu, Khadafy mengultimatum AS menutup pangkalan militernya, Wheelus Air Base, dekat Tripoli. Seluruh fasilitas harus diserahkan kepada Libya. Wheelus Air Base, salah satu pangkalan udara terbesar AS di negara lain, ditutup tahun 1970.
Sebuah langkah yang sangat berani dari seorang anak muda yang bernama Khadafy, keberaniannya inilah yang membuat famornya naik dan dikenal banyak pemimpin dunia. Kalau Megawati salut dengan nasionalismenya Khadafy tentu sangat wajar, karena Khadafy benar-benar seorang yang sangat mencintai dan melindungi bangsanya, namun karena berkuasa terlalu lama maka dia dianggap dzolim oleh rakyatnya.
Langkah berikutnya, Khadafy menasionalisasi perusahaan minyak asing. Dari pendapatan 1,3 juta-3 juta barrel per hari minyak mentah, pembangunan melaju pesat. Negara yang tadinya melarat dan tertinggal berubah menjadi sejahtera. Indeks pembangunan manusia dan usia harapan hidup di negeri ini tercatat sebagai tertinggi di Afrika.
Fakta ini juga menunjukkan bahwa, bukan hanya keberanian yang dimiliki Khadafy untuk melakukan perubahan, tapi dia memang memiliki visi yang kuat terhadap masa depan negara dan bangsa, dan itu terbukti semua langkah yang dilakukannya demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
Negara-negara Barat mengabaikan fakta bahwa Khadafy bukan sejenis diktator Presiden Mubarak atau Ben Ali, yang dikenal sebagai boneka AS dan gemar mengoleksi mobil-mobil mewah, perhiasan, dan vila-vila megah untuk berlibur di Eropa.
Khadafy merasa lebih nyaman tidur di tenda-tenda Beduin. Ia tidak bergantung pada kekuatan asing dan tidak mempunyai jabatan resmi dalam struktur pemerintahan, kecuali sebagai ”pemimpin revolusi”. Kekuatan pendiriannya yang membuat sentimen negara barat semakin menjadi, sehingga provokasi barat terhadap rakyat Libya terus gencar dilakukan, sehingga pada akhirnya Khadafy harus mati ditangan rakyatnya sendiri.
Sumber tulisan dikutif dari berbagai media online
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H