[caption caption="gambar : www.tribunews.com"][/caption]
Ada seorang sahabat yang menganggap tulisan saya cenderung Keras dan Frontal, juga sangat vulgar, argumentasi saya terhadap pendapat tersebut hanya mengiyakan, karena memang saya bukan tipikal orang yang pintar mengemas kata-kata, itu memang sesuai dengan kapasitas dan kualitas saya, dan saya juga bilang, saya cuma berusaha untuk menulis apa yang ingin saya katakan seperti apa yang saya rasakan.
Lantas dia menyarankan saya untuk menulis diblog pribadi saja, karena menurutnya kalau disosial media atau blog keroyokan, kita harus mampu mengadaptasikan dengan situasi yang ada, artinya harus lebih kompromi dengan keadaan dan situasi, seperti pepatah, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Apa yang dia katakan mungkin benar, tapi saya tidak bisa seperti yang dia inginkan.
Saya bilang sama sahabat saya tersebut, saya sudah 5 tahun di Kompasiana, dan selama itu aman-aman saja, kalau ada tulisan saya yang mungkin menurut admin tidak perlu untuk muat disalah satu kolom khusus, maka dengan sendirinya tulisan tersebut akan dilewati oleh pembaca, sehingga tulisan tersebut tidak menjadi sesuatu yang kontroversial, tapi selama ini banyak juga tulisan saya yang diapresiasi oleh admin dan Kompasianer.
Pada kenyataannya memang demikian, ketika sebuah tulisan dianggap memang perlu untuk diketahui oleh publik, admin memberikan apresiasi dikolom highlight atau Headline, selebihnya jika tulisan tersebut direspon secara baik oleh pembaca, dan diapresiasi dengan memberikan vote, maka tulisan tersebut akan nangkring dikolom Nilai Tertinggi atau Tren di Googel.
Masih menurut sahabat saya itu, tulisan-tulisan saya memang ringan-ringan saja, bahasa penyampaiannya sederhana dan mudah dimengerti, yang membuat tulisan tersebut menjadi berbahaya justeru karena terlalu mudah dimengerti, karena bahasanya sangat keras dan frontal, langsung kepada sasaran, sehingga kalau tulisan tersebut ditujukan kepada seseorang, maka tulisan tersebut akan langsung mengenai sasarannya.
Saya bilang pada dia, bahwa kepuasan saya dalam menulis justeru kalau apa yang ingin saya sampaikan yang membaca langsung mengerti, artinya objek sasaran saya memang langsung kena, buat apa saya menulis kalau orang tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan, dan kebetulan saya memang tidak memiliki trik untuk mengemas tulisan dengan bahasa-bahasa simbol, bagi saya tidak menjadi diri saya sendiri itu sangatlah menyiksa.
Ya memang sulit kalau kita mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, sehingga susah untuk mengemas tulisan sedemikian rupa, agar tulisan yang dipublikasikan tidak terkesan keras dan frontal. Tapi ya untuk menjadi diri sendiri itu memang harus membangun karakter yang sesuai dengan kepribadian kita sendiri, bukan seperti yang orang lain inginkan, ya gitu aja deh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H