Bagi seorang pejabat negara yang menerima jabatan itu sebagai amanah, dan menjalankannya sebagai bentuk pengabdian dan tanggung jawab tidak semata pada Pemerintah dan Rakyat, tapi juga merupakan tanggung jawab kepada "Pemberi Amanah" yang sebenarnya, maka pencopotan jabatan melalui Reshuffle bukanlah kematian, karena hidup manusia ini sudah sesuai dengan ketentuan-Nya, dan manusia hanya menjalankan sesuai dengan kehendak-Nya.
Prinsif inilah sepertinya yang dianut oleh Menkominfo, Tiffatul Sembiring, ditengah isu Reshuffle Kabinet yang kian merebak, seperti yang dikatakataannya pada Kompas.com :
Ia menegaskan, jalan hidup manusia sudah diatur Allah SWT sehingga manusia tinggal menjalaninya.
"Allah SWT sudah menetapkan saya jadi tukang parkir, penunggu sandal atau jadi menteri, itu Allah sudah tetapkan. Jadi, jalankan saja, buat apa ditakutkan," ujar Tifatul.
Memang seperti itulah menyikapi segala sesuatu yang akan dihadapi, tidak ada yang perlu ditakutkan, selama menganggap jabatan itu hanyalah "Titipan" yang kapan pun waktunya kalau Sang Khalik menghendaki dia ambil, maka tidak seorang pun bisa menghalanginya, demikian juga sebaliknya, sekalipun Presiden ingin mencabutnya, tapi Sang Khalik tidak menghendakinya maka itu pun tidak bisa terjadi.
Bagi seorang pejabat negara yang gila jabatan dan kehormatan, maka Reshuffle Kabinet itu bisa dianggapnya sebagai Malaikat Pencabut nyawa, tapi tidaklah bagi seorang pejabat yang mengerti segala sesuatu itu dasarnya atas Kehendak Yang Maha Berkuasa atas segala kekuasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H