Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pujian, Sanjungan dan Olok-olok Beda Tipis

16 Desember 2012   07:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:34 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang berada dipuncak kekuasaan dan ketenaran akan selalu menuai pujian dan sanjungan, terlebih oleh orang terdekat yang berada dilingkaran kekuasaan. Namun harus juga diwaspadai, karena berbagai pujian dan sanjungan tersebut jika berlebihan malah akan melenakan serta mendatangkan euphoria kekuasaan.

Pujian diantara segudang prestasi tentulah sesuatu yang berbanding lurus, tapi sebaliknya pujian yang berlebihan namun tanpa dibarengi prestasi yang patut dipuji, bisa menjadi sebuah serangan olok-olok dalam kemasan pujian. Bagi seseorang yang memang populer karena berbagai prestasi tentu semua pujian akan diwaspadai sebagai ujian.

Tapi yang jelas, pujian dan sanjungan akan cenderung menyesatkan jika yang dipuji merasa tersanjung tanpa menyadari apa yang menyebabkan pujian tersebut dialamatkan. Banyak yang terlena karena pujian, sehingga menikmati berbagai pujian tanpa pernah siap untuk suatu saat disalahkan atau menerima kritikan, sehingga selalu merasa benar dengan apa yang sudah dilakukan.

Hal seperti ini banyak dialami oleh orang-orang yang sedang dipuncak ketenaran dan kekuasaan, sehingga orang-orang yang ada disekelilingnya cenderung akan mengumbar berbagai pujian untuk mencuri perhatian, dan dia tidak mengerti maksud dan tujuan dari semua pujian, sehingga dia hanya mabuk karena sanjungan, lupa diri dan hanyut dalam pujian.

Orang-orang gila akan kekuasaan, akan cenderung mengumbar pujian terhadap atasan, demi untuk merebut dan mencari perhatian. Tapi sebaliknya orang-orang yang benar-benar tulus dalam pengabdian, akan cenderung mengkoreksi setiap kesalahan yang dilakukan atasan, semata-mata karena ingin memperbaiki keadaan.

Sikap tawadhu dan istiqomah sangatlah dibutuhkan bagi orang-orang yang sedang berada pada puncak kekuasaan, agar senantiasa menyadari bahwa kekuasaan dan jabatan hanyalah titipan, yang setiap saat bisa diambil dan dicabut oleh Pemiliki semua Kekuasaan diatas muka bumi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun