[caption id="" align="aligncenter" width="473" caption="illustrasi : mta-online.com"][/caption] Mungkin hampir setiap hari sejak ada Pilkada DKI Jakarta, kita mendengar anjuran seperti ini, "Pilihlah Pemimpin yang Seiman,." Anjuran tersebut tentulah baik kalau disikapi dan dicerna dengan baik, tapi yang tidak kalah penting adalah, "Pilihlah Pemimpin yang Waras." Untuk apa sekedara seiman tapi tidak Waras. Waras yang saya maksud dalam tulisan ini adalah Akronim dari Wibawa, Adil, Reformis, Amanah dan Simpatik. Kalau cuma sekedar seiman tanpa memikirkan aspek-aspek yang lebih penting, yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka yang terjadi adalah kita hanya terjebak pada hal-hal yang bersifat primordial, sehingga melupakan Leadership-nya. Kata waras diatas bisa juga diartikan dengan kewarasan dalam kepemimpinan, sadar posisi dan tahu apa yang harus dilakukan sebagai seorang pemimpin. Kesadaran seorang pemimpin dalam kepemimpinannya sangatlah dibutuhkan, agar tahu bahwa sebuah jabatan itu adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan baik didunia maupun diakherat. Yang terjadi sekarang ini, banyak sekali pemimpin dinegeri ini yang tidak "Waras," sehingga dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, jabatan hanya dianggap sebagai sebuah kekuasaan, dan dengan kekuasaan itulah dia gunakan untuk menindas dengan semena-mena. Padahal kalau jabatan tersebut dianggap sebagai sebuah amanah, tentunya akan diemban secara baik, dan akan sangat bertanggung jawab atas jabatan yang dititipkan. Kata-kata Pilihlah pemimpin yang Seiman, janganlah hanya sekedar dijadikan jargon politik, karena kata-kata tersebut merupakan pesan yang baik dan jangan diterjemahkan secara sempit. Kalaulah Imannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tentunya keimanannya tersebut haruslah juga terimplementasi dalam prilaku dan perbuatannya sebagai pemimpin. Mencari pemimpin yang seiman haruslah juga disiapkan sebelumnya, dan itu semestinya menjadi tanggung jawab partai politik. Tapi yang kita lihat sekarang ini, partai politik tidak mempersiapkan kaderisasi kepemimpinan dengan baik, sehingga yang terlihat sekarang ini, partai politik hanya mempersiapkan diri untuk merebut kekuasaan, tapi tidak mempersiapkan pemimpin yang benar-benar memenuhi harapan masyarakat. Pemimpin yang Waras dan sadar posisi, sama pentingnya dengan pemimpin yang seiman. Kita mudah terjebak pada hal-hal yang kita anggap penting, tapi sesungguhnya kita sendiri tidak mengerti apa yang sesungguhnya kita butuhkan. Berpikir secara moderat bukanlah berarti liberal atau sekuler. Yang lebih penting adalah, apa yang menjadi cita-cita bangsa ini bisa kita capai secara bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H