Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda Kita Semakin Sadis dan Brutal

11 Juni 2012   14:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Miris kalau membaca pemberitaan Media akhir-akhir ini, begitu mudah anak-anak muda kita menghabisi nyawa teman sebayanya. Hanya persoalan sepele tidak segan-segan menghabisi nyawa orang lain.

Belum lama mendengar kabar kalau suporter bola menghabisi nyawa suporter bola lainnya, selang berapa hari terjadi lagi kasus yang sama. Sementara di Papua juga memberikan contoh yang sama, bahwa sungguh nyawa itu sudah tidak ada harganya.

Apa sebetulnya yang sedang dipertontonkan kehadapan kita sekarang ini, betapa akrabnya kita dengan budaya kekerasan. Tidak ada lagi panutan yang bisa menuntun masyarakat kejalan kebaikan. Alim ulama dan cerdik cendikia berjalan sendiri-sendiri dengan tujuannya masing-masing.

Hari ini kembali terberita oleh media, bahwa seorang anak remaja berusia 16 tahun koma setelah dikeroyok beberapa remaja lainnya. Remaja yang tak berdosa ini menjadi objek kekejaman remaja lainnya yang memang sudah akrab dengan kekerasan.

Anak tersebut tidak hanya dikeroyok dan digebuki, lebih sadisnya lagi dilempar dari lantai atas pasar Pramuka, sehingga kepalanya mengalami pendarahan hebat. Seperti itulah yang diberitakan media kita. Apa sebetulnya yang sudah merasuki remaja kita, apa yang sudah mereka makan dan minum, sehingga membuat mereka beringas dan tidak lagi mengenal saudaranya sendiri. Bukankah kita semua saling bersaudara, dari keturunan yang sama ?

Nilai-nilai persaudaraan inilah yang tidak lagi pernah mereka dengar, perbedaan suku dan agama sudah dianggap berlainan, perbedaan pemikiran dianggap permusuhan, lalu kalau sudah dianggap musuh maka sangat layak dibunuh. Doktrin seperti inilah yang mungkin sudah melekat dikepala mereka. Sehingga membunuh satu sama lainnya dianggap hal yang biasa saja.

Dimana pemimpin agama dan kaum cerdik pandai ketika peristiwa seperti ini terus terjadi, apakah mereka baru muncul hanya kalau menghadapi persoalan yang penuh publikasi. Atau mereka pun sudah ikut berpolitik, kalau pun muncul jika ada publikasi yang bisa menaikkan nama mereka demi kepentingan politik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun