Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Parlemen Para Kurcaci

23 Juni 2013   22:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepantasnya parlemen adalah lembaga suci
tempatnya abdi negara mengabdi
tidak pantas untuk dicela dan dicaci maki
tapi, ketika parlemen diisi para kurcaci
yang menggeruduk bagai tikus busuk
parlemen pun berubah menjadi kubangan
tidak lagi suci

Para kurcaci diparlemen tidak lagi mengurus konsitusi
mereka lebih senang menghitung-hitung kekayaan hasil korupsi
sampai-sampai isi konstitusi susah dicerna dan dimaknai
bagi-bagi proyek adahal kegiatan mereka sehari-hari
pemilu datang, mereka pun siap-siap bagi_bagi kursi

Turut memiskinkan rakyat yang mereka wakili
dengan menghilangkan BBM bersubsidi
ketok palu mereka begitu sakti
sehingga harga BBM pun melambung tinggi

Tidak ada yang susah bagi mereka
berapa pun harga BBM terkini..
karena hidup mereka terus disubsidi
sebagai kurcaci mereka patuh pada pemerintah negeri..

Parlemen para kurcaci bukanlah parlemen para pengabdi
yang makan gaji memang bukan untuk mengabdi
dan hanya mengahbiskan wasktunya untuk plesiran keluar negeri
sebagai bonus kerjasama dengan tuan presiden kepala negeri..

Jakarta, Juni 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun