Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Orang Terhormat dan Gila Hormat

24 September 2011   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:39 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1295951366667575562

Ilustrasi/Admin (Sumber: Shutterstock) Orang Amerika punya anggapan, orang terhormat adalah mendapatkan sukses dalam hidupnya, entah dibidang perdagangan, ilmu dan pengetahuan, industri, entahlah di bidang ketentaraan atau politik. Orang Jepang punya anggapan, orang terhormat adalah yang mempunyai banyak sahabat. Orang Jawa dahulu punya anggapan yang lain lagi,orang yang terhormat adalah yang mempunyai kekuasaan atas sesamanya, yang menentukan hidup dan mati mereka, ini kata Pramudya Ananta toer. Padahal predikat terhormat pada diri seseorang sebetulnya sangat sederhana, ketika seseorang banyak memberikan manfaat pada orang lain, maka dengan sendirinya dia akan mendapatkan predikat tersebut, dan predikat itu yang memberikannya adalah orang-orang yang menghormati karena jasa-jasanya, jadi bukanlah karena posisi, pangkat dan jabatannya, justeru kadang kala posisi,pangkat dan jabatan tidak memberikan kehormatan pada orang yang memilikinya, apabila dia salah dalam memanfaatkan hal tersebut. Kebanyakan dari pemimpin kita mengadaptasi dari anggapan orang Jawa, orang terhormat adalah, orang yang mempunyai kekuasaan atas sesamanya, yang menentukan hidup dan mati mereka, pemaknaan seperti ini diterapkan dalam kehidupannnya, maka ketika dia berkuasa maka dia paksakan orang lain harus hormat kepadanya, padahal dia sendiri tidak punya kehormatan atas kekuasaan tersebut, hal ini dikarenakan prilaku yang buruk, korupsi, menindas sesama bahkan menzolimi orang-orang yang ada dibawahnya, inilah kekuasaan yang tidak memberikan kehormatan apa-apa. Betapa banyak yang kita lihat Pemimpin yang gila hormat, salah sedikit saja aturan protokoler penyambutannya apa bila dia berkunjung kesuatu daerah/tempat, maka habislah bawahannya yang mengatur penyambutan tersebut, sikap seperti ini adalah warisan feodal yang terus dilestarikan oleh para pemimpin kita, orang-orang seperti ini, ketika dia sudah tidak memiliki kekuasaan lagi biasanya akan terkena penyakit Post Power syndrome, sudah tidak punya kekuasaan dan kehormatan tapi masih merasa berkuasa dan tetap minta dihormati. Tidak memiliki rasa kebangsaan juga bisa membuat orang lain hilang rasa hormatnya pada kita, adanya rasa kebangsaan akan mempertegas sikap hidup dan membangun kehormatan dalam diri setiap orang, dengan rasa kebangsaan akan timbul keinginan membangun kebersamaan, komunitas sebangsa yang membuat hidup akan terasa lebih hidup dan bermanfaat, seperti apa yang dikatakan seorang pemimpin Mesir yang termasyur, Mustafa Kamil; “Oleh karena rasa kebangsaanlah, maka bangsa-bangsa yang terkebelakang lekas mencapai peradaban, kebesaran dan kekuasaan. Rasa kebangsaanlah yang menjadi darah yang mengalir dalam urat-urat bangsa yang kuat dan rasa kebansaanlah yangn memberi hidup kepada tiap-tiap manusia yang hidup” Bagaimana anggapan orang Indonesia tentang orang terhormat ? Aku tak tahu, kata Pramudya Ananta Toer. Tetapi baik di Amerika, Jepang, Indonesia, atau bagian dunia manapun, barangsaiapa mempunyai sumbangan pada kemanusiaan, dia tetap terhormat sepanjang jaman, bukan kehormatan sementara. Mungkin orang itu tidak mendapatkan sesuatu sukses dalam hidupnya, mungkin dia tidak mempunyai sahabat, mungkin dia tidak mempunyai kekuasaan barang sesuilpun, namun umat manusia akan menghormati karena jasa-jasanya. Ketika hidup tanpa memberi manfaat apa-apa baik pada diri sendiri maupun bagi orang lain, maka kita akan hidup tanpa kehormatan. Apakah kita ingin menjadi orang terhormat ? jadilah orang yang banyak bermanfaat….. Literatur ; 81 Seruan untuk Bangsa dan kemuliaan Martabat manusia, karya Pramudya Ananta Toer Penerbit : Vision 03 - Mahakarya- SOEKARNO - HATTA, Tonngak Pemikir Bapak Bangsa, Editor : Suwidi Tono Penerbit : Vision 03

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun