[caption id="attachment_232354" align="aligncenter" width="550" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption] Aku melihat bagaimana undang-undang dirancang dengan penuh tipu-tipu Diterapkan hanya untuk kepentingan kekuasaan Bukankah itu sebuah pengkhianatan pada rakyat . Aku melihat bagaimana kekuasaan dikangkangi Hanya untuk menguasai dan menindas hak-hak rakyat Padahal semua legislasi atas nama rakyat Bukankah itu juga pengkhianatan.. . Sayangnya aku cuma bisa melihat tapi tidak bisa berbuat Hanya tercengang dan mengumpat dalam hati Aku seperti bisu dan tuli Sepertihalnya orang-orang yang menjalankan fungsi legislasi . Ketok palu para benalu di republik ini Seperti ketok magic yang bisa menghilangkan hak-hak rakyat yang diwakili Tanpa nurani dan membutakan mata hati Semata untuk kepentingan sendiri . Sorak soray mereka digedung parlemen Adalah sorak soray keberhasilan konspirasi Sorak soray kemenangan yang sudah menghabisi Hak-hak rakyat yang mereka kebiri Lagi-lagi aku cuma bisu dan tuli . Pada puisi inilah aku muntahkan berbagai maki-maki Memang ini cuma maki-maki bukanlah puisi Tapi aku senang meski pun ini bukan puisi Tapi maki-maki ini aku anggap sebuah puisi ________ Jakarta, Desember 2012 Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H