Tidak ada konflik yang tidak bisa diselesaikan asal ada keinginan yang sungguh-sungguh, yang menjadi masalah adalah konflik tersebut menjadi tidak bisa diselesaikan karena sengaja dipelihara demi kepentingan pihak-pihak tertentu. Dengan mempertahankan situasi yang tidak kondusif, maka ada pihak-pihak yang memetik keuntungan secara materi, inilah yang sangat dikuatirkan.
Skenario konflik tersebut sangat mungkin bisa diciptakan oleh pihak yang berkepentingan, sekedar catatan usil, daerah rawan konflik kadang bisa menjadi objek bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan, sehingga konflik sengaja dipelihara secara berkesinambungan sesuaai dengan kebutuhan.
Isu separatis di Papua sangat tepat dijadikan kambing hitam, dan kesenjangan sosial dianggap pemicu gerakan separatis, padahal dibalik semua itu ada kepentingan pihak tertentu yang sengaja memelihara konflik hanya untuk kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Ini memanglah hanya sekedar dugaan, tapi bisa saja memang sesuai dengan kenyaataan.
Seperti yang dikatakan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ifdhal Kasim pada Kompas.com di Jakarta, Sabtu (5/11/2011). "Kekerasan yang terjadi saat ini akibat penempatan aparat keamanan yang berlebihan di Papua," katanya. Pernyataan ini bisa menjadi indikator pernyataan saya tersebut diatas.
Kalau ada keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengatasi konflik di Papua, tentunya sudah dari kemarin-kemarin konflik tersebut bisa diatasi, sebagaimana yang sudah diberitakan oleh beberapa media, bahwa TNI dan Polri mendapat jatah uang keamanan dari PT.Freeport yang jumlahnya tidaklah sedikit, yang mana seharusnya TNI dan Polri tidak berhak menerimanya.
Apakah Konflik dipapua sengaja dipelihara ? semoga saja tidak demikian, karena kalau konflik di Papua terus dipelihara, maka akan muncul persoalan baru yang akan dihadapi bangsa ini, ancaman disintegrasi mungkin saja tidak terjadi, tapi sangat mungkin dijadikan  isu untuk mempertajam konflik. Demikianlah sekedar catatan usil saya, namun sekalipun usil tetap saja melihat pada fakta yang ada.(Ajinatha)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H