Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bahasa Caci-maki "Melahirkan Kebencian"

12 Desember 2014   17:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:27 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14183566571437973648

[caption id="attachment_359118" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber foto : adniku.com"][/caption]

"Bahasa caci-maki melahirkan kebencian, sedangkan kebencian melahirkan ketikadilan. Orang yang sudah benci dari awal, tidak mungkin bersikap adil." (Kutipan Tausyiah Gus Mus)

Sengaja penulis mengutif tausyiah Gus Mus ini dari laman FB yang penulis share dari lapak teman, kata-kata ini terngiang-ngiang dikepala, kata-kata ini begitu mengena dengan situasi kekinian, disosial media sejak masa Pilpres 2014 sampai sekarang, bahasa cai-maki dan kebencian terus berseliweran tidak bisa tersapihkan.

Memang betul caci-maki akan melahirkan kebencian, baik kebencian dari yang mencaci-maki, mau pun dari yang membaca tulisan atau kata-kata yang sarat dengan caci-maki dan kebencian. Tragisnya lagi, berita dan imformasi yang baik pun bisa dipelintir oleh media yang tidak bertanggung jawab, hanya untuk memprovokasi pembaca dan pada akhirnya melahirkan caci-maki juga kebencian.

Kebencian akan melahirkan ketidakadilan pun memanglah sangat benar, karena kalau dari hati sudah dipupuk kebencian, maka sudah tidak bisa lagi melihat secara objektif, dan tidak akan mungkin akan bisa menilai secara adil. Imformasi yang positif pun akan dinilai dengan negatif, hal-hal yang negatif pulalah yang disebarluaskan, hanya untuk memancing reaksi negatif yang lainnya.

Dalam menulis, kadangkala kita tersugesti untuk menulis dengan bahasa caci-maki dan kebencian, memang hal tersebut tanpa disadari, karena ketika mengawali untuk menulis, kita tidak bisa mengendalikan diri dari rasa kebencian. Penulis seringkali mengalami hal seperti ini, itu semua dikarenakan terprovokasi oleh pemberitaan yang kurang berimbang, kalau saja ketika membaca sebuah pemberitaan, kita cermati terlebih dahulu, lalu mencari media pembanding untuk menelisik kebenaran yang terkandung dalam pemberitaan sebelumnya, penulis rasa kita akan mampu menahan kebencian.

Memang tidaklah mudah menyampaikan pemikiran, dan membahasakannya dalam tulisan, karena sebuah komunikasi yang dibahasakan secara tidak verbal bisa saja akan melahirkan berbagai penafsiran, sementara kalau disampaikan dengan terlalu verbal pun kadangkala juga demikian. Tapi bagi penulis, apa pun yang ingin disampaikan sangat berharap mudah dicerna dan diterima oleh pembaca, sehingga tanpa terasa kemarahan yang ada didalam hati pun tersampaikan secara verbal, inilah yang pada akhirnya terkesan penuh kebencian.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun