[caption id="" align="aligncenter" width="565" caption="sumber foto : Pontianak Tribun"][/caption] Megawati tidak perlu terlalu percaya diri untuk mencalonkan diri kembali sebagai Presiden, kalau pun perolehan suara PDIP naik di Pileg 2014 nanti. Strategi yang ingin dilakukan PDI-P menghadapi Pemilu ini sudah sangat terbaca, pilihan pertama, PDIP akan mengusung Megawati berpasangan dengan Jokowi, itu jika PDIP mencapai persyaratan ambang batas, dan pilihan kedua akan mengusung Jokowi dan pasangannya jika PDIP tidak mencapai persyaratan ambang batas. Kalau benar strategi ini yang akan diterapkan, besar kemungkinan Pileg 2014 PDIP tidak akan bisa mencapai persyaratan Ambang Batas, karena naiknya perolehan suara PDIP di Pileg jelas sangat dipengaruhi oleh suara simpatisan Jokowi, bukanlah karena nama besar Megawati. Strategi PDIP tersebut hanya akan menguntungkan lawan politik Megawati atau Capres yang lainnya, dan yang paling diuntungkan adalah Prabowo, karena jika PDIP tidak mencalonkan Jokowi, maka sudah bisa dipastikan Prabowo akan jadi Presiden. Masih berambisinya Megawati menjadi Presiden tidaklah berdampak baik bagi citra PDIP sendiri, apa bedanya Megawati dengan SBY yang mengangkangi partai seperti halnya menguasai sebuah perusahaan, padahal seharusnya seorang pemimpin itu lebih kepada menciptakan regenerasi pemimpin bukan malah mengutamakan ambisi pribadi, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara ketimbang kepentingan pribadi. Dua pilihan bagi PDIP, mencalonkan Jokowi sebagai Capres 2014 atau tidak sama sekali. Kalau serius mencalonkan Jokowi, PDIP harus solid memberikan dukungan, kalau tidak mencalonkan Jokowi, PDIP lebih baik bersinergi dengan Gerindra untuk mendukung Prabowo. PDIP tidak bisa setengah-setengah memberikan dukungan pada Jokowi, jika ingin benar-benar mencalonkan Jokowi,kalau tidak mencalonkan Jokowi, bukan berarti mencalonkan Megawati. Megawati tidak perlu mempermalukan dirinya sendiri untuk kesekian kalinya, jangan sampai maju yang keempat kali ini Megawati gagal lagi. Menempatkan Jokowi diposisi "Cadangan" bukanlah strategi yang menguntungkan bagi PDIP, strategi ini malah akan merugikan PDIP. Kalau dianalogikan pada sebuah pertunjukan, penonton sudah kecewa duluan dan keluar dari gedung pertunjukan sebelum pertunjukan dimulai. Memang mengumumkan siapa yang menjadi Capres PDIP sebelum Pileg dianggap tidak menguntungkan, pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Kalau nama Megawati yang dimunculkan sebelum Pileg, itu malah akan berdampak buruk bagi perolehan suara PDIP di Pileg 2014, tapi kalau nama Jokowi yang dimunculkan sebelum Pileg, maka yang terjadi adalah sebaliknya, sangat besar kemungkinannya nama Jokowi bisa meningkatkan perolehan suara PDIP di Pileg 2014, tapi resikonya Jokowi akan terus diserang lawan-lawan politik PDIP sampai Pilpres berlangsung, dan tidak menutup kemungkinan banyak Kampanye Hitam yang akan menghancurkan kredibilitas Jokowi. Semua pilihan ada di PDIP, mencalonkan kembali Megawati sebagai Presiden bukanlah pilihan terbaik, yang jelas Megawati sudah tidak dikehendaki lagi, Megawati sudah dianggap sama saja dengan ARB dan SBY, sebaiknya Megawati menempatkan diri hanya sebagai pengayom di PDIP, yang membimbing dan memndidik generasi pemeimpin Indonesia masa depan. Baca juga : "Jangan Paksa SBY", Pemilu 2014 Menyimpan Potensi Konflik ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H