Seperti yang dikatakan pengamat Politik Universitas Indonesia, Cecep Hidayat menjelaskan, di koalisi pemerintahan Jokowi, Surya Paloh merupakan inisiator penting pencapresan Jokowi saat tahun 2014 lalu.
Meski demikian, pengaruh Megawati di koalisi Jokowi sangat kuat. Bergabungnya Prabowo, kata Cecep semakin mengubah peta pengaruh di internal koalisi Jokowi.
Akibatnya, Surya Paloh bukan menjadi faksi utama di dalam pemerintahan Jokowi. Padahal, sebelumnya Surya Paloh dan Megawati sama-sama berada dalam faksi utama pemerintahan Jokowi.
"Surya Paloh kan bukan faksi utama di koalisi Jokowi, Mega sangat kuat apalagi sekarang ditambah Prabowo. Tentu dia (Surya Paloh) gerah. Ada kekhawatiran tidak punya posisi tawar," kata cecep, Selasa (5/11).
Kuat dugaan, karena situasi dan kondisi seperti itu membuat Surya Paloh mencari dukungan diluar koalisi pemerintah, sekaligus menjajaki koalisi untuk persiapan Pilpres 2024.
Kalau melihat arah koalisi yang ingin dicapai oleh Surya Paloh, kemungkinan besar, NasDem dan PKS akan mengusung Anies Baswedan yang secara hubungan tidak lagi harmonis dengan Gerindra.
Dengan tersingkirnya Surya Paloh dari faksi utama pemerintahan Jokowi, maka bisa jadi posisinya akan digantikan oleh Prabowo. Dan itu artinya, tidak ada lagi matahari kembar didalam faksi utama pemerintahan Jokowi.
Dalam kabinet Indonesia Maju, Partai Nasdem menempatkan 3 kadernya, Johnny G Plate sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, Siti Nurbaya Bakar sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Surya Paloh disebut juga kecewa karena lepasnya jatah Jaksa Agung.
Keberadaan 3 kader NasDem di Kabinet Indonesia Maju setidaknya akan mengikat Surya Paloh untuk bertahan di Koalisi Pemerintah. Penjajakan koalisi diluar pemerintahan hanyalah test the water Paloh terhadap Jokowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H