Saya sempat memperkirakan, begitu Menteri Kabinet selesai disusun, maka pihak-pihak yang merasa belum terakomodir dalam kabinet akan merespon secara negatif.
Pada kenyataannya memang demikian, meskipun ada juga yang tetap meresponnya secara positif. Mengingat penyusunan Menteri Kabinet adalah memang wewenang Presiden, dan hak Prerogatif Presiden.
Reaksi paling keras adalah dari relawan Pro Jokowi (Projo), yang sangat tidak bisa menerima keputusan Presiden yang memasukkan Prabowo dan Wishnutama kedalam Kabinet. Alasan yang dikemukakan, karena orang-orang tersebut tidak "berkeringat" seperti mereka.
Bahkan Projo sempat membubarkan diri, dengan alasan merasa tidak lagi dibutuhkan. Padahal sebagai relawan seharusnya tidak perlu seperti itu, karena relawan itu adalah sukarelawan yang dibentuk sendiri atas dasar sukarela tanpa paksaan.
Artinya, keberadaannya hanya sebatas memberikan dukungan, dan itupun atas dasar kemauan sendiri. Memberikan reaksi berlebihan terhadap komposisi Kabinet, tentunya bukanlah kapasitas Projo.
Hari ini, Jum'at 25 Oktober 2019, Presiden Jokowi memanggil Calon Wakil Menteri ke Istana Negara. Dari 12 orang yang dipanggil tersebut, salah satunya adalah Ketua Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi.
Selain ketua Projo, ada juga kader Partai Solideritas Indonesia (PSI), Surya Tjandra. Keduanya memakai kemeja putih dan celana berwarna hitam. Pakaian tersebut sama dengan yang dipakai para menteri saat dipanggil Presiden Jokowi sebelum dilantik beberapa hari yang lalu.
Memang Projo dan PSI adalah merupakan pendukung Jokowi yang militan dalam Pilpres yang lalu, kalau istilahnya mereka adalah pendukung yang sudah berdarah-darah dan berkeringat.
Turut dipanggil juga kader Perindo Angela Herliani Tanoesoedibjo, yang sebelumnya memang sudah diprediksi akan masuk dalam komposisi kabinet, hanya saja prediksinya untuk menjadi Menteri, namun menurut hemat saya tidak mungkin di pos Menteri, tapi di wakil Menteri.
Masih ada beberapa orang lagi antara lain Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, Bendahara TKN Jokowi-Ma'ruf Wahyu Sakti Trenggono, dan politikus PPP yang juga Waketum MUI Zainut Tauhid Saadi.Kemudian, Mantan Bupati Jayawijaya Papua, John Wempi Wetipo, Dirut Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Mahendra Siregar.