Sesuatu yang khas dari Mahasiswa adalah Dialektika. Begitulah sejatinya kaum terpelajar dalam menyelesaikan masalah.
Kalau Institusi Pegadaian saja mempunyai Motto, "Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah," tentunya mahasiswa setidaknya menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru.
Bukankah tujuan mahasiswa demo di DPR untuk berdialog dengan Anggota Komisi III DPR, untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa lewat Perwakilan BEM seluruh Indonesia.?
Namun sempat kecewa karena cuma bertemu dengan tiga orang Anggota Komisi III. Lantas kenapa menolak berdialog dengan Presiden, padahal aspirasinya bisa langsung didengar oleh Presiden Jokowi.
Saya berpikir adik-adik mahasiswa kurang mendapatkan "Pengarahan" yang Pas, dan kurang diberikan wawasan yang cukup dalam menyampaikan aspirasinya, sehingga terjadi mis-imformasi dalam mengartikulasikan tuntutan.
Ternyata penolakan BEM SI berdialog dengan Presiden Jokowi, yang direncanakan kemarin (27/9/2019), tidak mewakili aspirasi BEM seluruh Indonesia, terbukti BEM Unair justeru menyayangkan penolakan tersebut.
Seperti yang diberitakan ANTARA, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga Surabaya mempertanyakan motif Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) karena menolak undangan dialog dari Presiden RI Joko Widodo.
"Kami menyesalkan sikap kawan-kawan BEM SI, sebab semestinya bertemu Presiden bisa membuat kawan-kawan mahasiswa langsung menyampaikan aspirasi secara terperinci, tanpa sekat dan tanpa perantara," ujar Ketua BEM Unair Agung Tri Putra di Surabaya, Jumat.
Apa yang dikatakan Agung tidak salah, karena momen ketemu Presiden adalah saat yang tepat untuk mengemukakan berbagai aspirasi dan tuntutan, tanpa sekat, dan bisa diliput media secara langsung, karena bersifat terbuka.